Tarikan napasnya yang begitu panjang membuat perasaanku tersayat. Aku merasa ada yang tak beres nampaknya! Siang itu, kira-kira pukul 13.00, Andra telah kembali dari dokter. Dengan harap-harap cemas aku menanti hasil pemeriksaan kesehatannya. Amplop putih turut mengiringi langkahnya memasuki kamar. Kulihat satu benang perasaan was-was terselip menghalangi wajahnya nan elok. Nampak tergores rasa ragu yang menyelinap dalam dirinya untuk membuka amplop apik tersebut. Ia letakkan amplop itu di atas kasurnya. Tiga menit berlalu, Andra belum juga membuka amplopnya itu. Kembali ia menghampiri amplopnya setelah sekian lama berdiri memandangi kelamnya awan di siang itu. Sungguh aku tak mengerti apa yang sedang dalam pikiran Andra sat itu! Kembali kuamati gerak-gerik dari sang pujangga hati, tapi semakin lama aku memperhatikannya semakin tak mengerti pula aku dibuatnya. Ia menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata dan tangannya mulai liar membuka amplop yang terkesan seperti lukisan kematian untuknya. Setelah isi dari amplop tepat berada di hadapannya, ia mulai membuka perlahan kedua bola matanya.
Meski Andra telah membuka amplopnya, tetap saja aku masih dikabuti oleh rasa was-was. Aku berharap Andra mau bercerita denganku atas apa yang tengah terjadi pada kehidupannya. Seusai memandangi isi dari amplop tersebut, Andra meneteskan air mata pada tubuhku sambil melantunkan satu lagu yang spontan tercipta dari lubuk hatinya.
Sungguhku tak kuasa...
Sungguhku tak berdaya...
Saat kau gariskan,
Diriku hanya tuk sementara...
Ku tak tahu bagai manaku membalas cinta,
Pada setiap orang yang kupuja...
Tapi kusadari kutak berdaya,
Atas semua yang t'lah kau gariskan...
Perasaanku bak cuaca yang tak menentu, yang tadinya aku merasa sdih tatkala hangatnya air mata Andra membasahi tubuhku. Kini aku merasa sangat bergairah saat Andra mengembangkan kembali senyum yang telah hilang beberapa saat tadi. Ia pun mulai bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa dan meyakinkanku bahwa memang tak akan ada sesuatu yang terjadi pada dirinya. Setelah menyimpanku pada tempat yang nyaman, ia bergegas menghampiri bundanya yang telah ditinggal suaminya dua tahun silam karena kecelakaan maut pesawat terbang.
***