“Mereka kehilangan masa kecil dan harapan akan masa depan. Enggak ada yang mendengarkan suara mereka, jadi aku bicara mewakili mereka. Menjadi seorang rapper cewek merupakan hal yang berbahaya di negeriku, tapi aku tahu, aku harus menggunakan suaraku untuk menolong cewek lain,” jelas Sonita.
Sekarang, Sonita tinggal di Amerika dan melanjutkan sekolahnya. Namun, ini enggak membuat dia tenang karena meskipun dia bebas mewujudkan cita-cita, tapi masih banyak cewek lain di negaranya yang enggak punya kesempatan ini.
“Hatiku terasa sesak ketika tahu mereka tinggal dalam mimpi buruk. Aku percaya tradisi ini harus berubah di satu generasi, jadi aku membuat kampanye untuk mengakhiri pernikahan anak-anak. Aku enggak akan berhenti sampai kita punya dunia tanpa anak-anak yang dipaksa menikah,” tegasnya.
Cewek asal Kanada ini sering mengungkapkan pendapatnya lewat sosial media. Topik yang diangkat adalah topik serius yang penting banget, seperti masalah ras, diskriminasi gender dan seksualitas, isu lingkungan, kekerasan, dan lainnya.
Semua ini dilakukannya dengan cara kreatif, yaitu lewat seni. “Sekarang aku suka melukis dan mendaur ulang sepatu dan baju. Aku baru saja membuka kampanye School Of Doodle, dan menururutku itu pengalaman paling berkesan yang pernah kulakukan.
Buat kamu yang belum tahu, S.O.D ini merupakan tempat buat cewek-cewek mengungkapkan pendapat mereka lewat medsos. Aku harap kamu ikutan sehingga kita bisa saling mendukung satu sama lain,” ajaknya.
Desainer ini menghadirkan cewek-cewek kuat dalam disainnya. “Karyaku berpusat pada karakter cewek kuat dan aku sering memakai tema kekerasan sebagai representasi dari kekuasaan. Aku bangga pernah bekerjasama dengan The New Yorker dan Adidas.
Aku senang melihat ilustrasiku dipakai di t-shirts atau aksesori oleh cewek-cewek di kehidupan sehari-hari mereka,” jelasnya.
Amani membuat MuslimGirl.net sebagai platform bagi cewek-cewek muslim untuk menyampaikan pendapatnya akan hal yang lagi diomongin, mulai dari pop culture sampai ke hashtag yang sedang trending.