10 Cewek Keren Feminis Inspiratif yang Bisa Jadi Role Model Kita. Bisa Belajar Banyak Dari Mereka

By Ifnur Hikmah, Minggu, 7 Januari 2018 | 01:30 WIB
www.justjaredjr.com (Ifnur Hikmah)

Cewek keren itu cewek yang berani mengungkapkan pendapatnya dan dia enggak ragu untuk memperjuangkan apa yang dia anggap benar.

Banyak remaja cewek inspiratif yang berani mendobrak stigma enggak benar soal cewek, dan membuat kita sadar kalau cewek itu kuat, berani, pintar, dan percaya diri.

Dari mereka, kita bisa belajar banyak nih gimana caranya jadi cewek yang keren. Pokoknya, cewek banget, deh. Ini dia 10 cewek keren feminis inspiratif yang bisa jadi role model kita. Siap-siap buat belajar banyak dari mereka ya girls.

Lihat dan simpan quotes inspiratif dari Michelle Obama ini agar kita jadi cewek yang kuat, pintar, dan percaya diri.

Rowan termasuk salah satu aktris remaja yang berani mengungkapkan pendapat soal kesetaraan gender. Rowan juga terang-terangan mengajak cewek di seluruh dunia untuk enggak diam kalau mendapati perlakuan enggak adil.

Dia bahkan sempat menulis esai soal feminisme. “Aku sering berdiskusi tentang bagaimana para feminis berjuang untuk kesetaraan di semua bidang. Aku rasa, remaja masih sering diragukan. Kita punya hak untuk mengungkapkan pendapat, tapi seringnya itu dianggak enggak penting sampai nanti kita dewasa. Aku enggak percaya kalau ada batasan umur untuk mengungkapkan pendapat dan kecerdasan,” ungkap Rowan.

Untuk itu, Rowan membuat kampanye #MyStory bekerjasama dengan Instagram. Lewat kampanye ini, Rowan mengajak semua cewek untuk menyampaikan ceritanya, apa pun itu.

"Cewek itu kuat dan berani. Aku rasa sekarang waktunya semua orang menyadari hal itu,” ujarnya.

Cewek 19 tahun dari Afganistan ini merupakan seorang aktivis dan juga rapper. Yup, sebuah profesi yang jarang dilakukan oleh cewek Afganistan.

Ternyata, Sonita ini dulunya hampir menjadi korban child bride. Menurut Sonita, setiap tahunnya ada 15 juta cewek yang dipaksa menikah, padahal mereka masih kecil.

“Mereka kehilangan masa kecil dan harapan akan masa depan. Enggak ada yang mendengarkan suara mereka, jadi aku bicara mewakili mereka. Menjadi seorang rapper cewek merupakan hal yang berbahaya di negeriku, tapi aku tahu, aku harus menggunakan suaraku untuk menolong cewek lain,” jelas Sonita.

Sekarang, Sonita tinggal di Amerika dan melanjutkan sekolahnya. Namun, ini enggak membuat dia tenang karena meskipun dia bebas mewujudkan cita-cita, tapi masih banyak cewek lain di negaranya yang enggak punya kesempatan ini.

“Hatiku terasa sesak ketika tahu mereka tinggal dalam mimpi buruk. Aku percaya tradisi ini harus berubah di satu generasi, jadi aku membuat kampanye untuk mengakhiri pernikahan anak-anak. Aku enggak akan berhenti sampai kita punya dunia tanpa anak-anak yang dipaksa menikah,” tegasnya.

Cewek asal Kanada ini sering mengungkapkan pendapatnya lewat sosial media. Topik yang diangkat adalah topik serius yang penting banget, seperti masalah ras, diskriminasi gender dan seksualitas, isu lingkungan, kekerasan, dan lainnya.

Semua ini dilakukannya dengan cara kreatif, yaitu lewat seni. “Sekarang aku suka melukis dan mendaur ulang sepatu dan baju. Aku baru saja membuka kampanye School Of Doodle, dan menururutku itu pengalaman paling berkesan yang pernah kulakukan.

Buat kamu yang belum tahu, S.O.D ini merupakan tempat buat cewek-cewek mengungkapkan pendapat mereka lewat medsos. Aku harap kamu ikutan sehingga kita bisa saling mendukung satu sama lain,” ajaknya.

Desainer ini menghadirkan cewek-cewek kuat dalam disainnya. “Karyaku berpusat pada karakter cewek kuat dan aku sering memakai tema kekerasan sebagai representasi dari kekuasaan. Aku bangga pernah bekerjasama dengan The New Yorker dan Adidas.

Aku senang melihat ilustrasiku dipakai di t-shirts atau aksesori oleh cewek-cewek di kehidupan sehari-hari mereka,” jelasnya.

Amani membuat MuslimGirl.net sebagai platform bagi cewek-cewek muslim untuk menyampaikan pendapatnya akan hal yang lagi diomongin, mulai dari pop culture sampai ke hashtag yang sedang trending.

Hal ini berangkat dari minimnya media yang mengangkat soal cewek muslim dan stigma salah yang melekat pada cewek muslim.

“Aku capek selalu dilihat pasif dan digambarkan sebagai sosok yang lemah, tertekan dan enggak berani bersuara. Aku harap bisa menginspirasi cewek muslim untuk melawan stereotype negatif ini. Kami membangun visi di media massa kalau kami ini enggak seperti yang mereka kira, lewat CNN dan Forbes, bahkan juga kolom di TeenVogue.com.

Aku enggak akan berhenti sampai kami jadi media nomor satu oleh dan untuk cewek muslim. Cewek muslim itu harus berani bicara dan dunia berhak mendengarkan apa yang ingin kami sampaikan,” ungkapnya.

Suka ngomong dan storytelling membuat Lily memanfaatkan kelebihannya ini untuk menginspirasi remaja cewek lainnya. Hal ini sudah disadarinya sejak dia berumur empat tahun.

“Agamaku memberikan kesempatan untukku mengeksplorasi banyak hal, tapi tetap memegang teguh sisi kemanusiaan. Perjalanan spiritualku membuatku tertarik akan banyak hal.

Sejak umur 14 tahun, aku sudah bekerja sebagai kontributor di banyak media massa. Aku menggunakan jurnalisme sebagai cara untuk menyampaikan pendapatkan akan berbagai topik, seperti isu gender dan kesetaraan, industri entertainment, bahkan pelajaran sosiologi di sekolah.

Aku pernah membuat Li3Art, portal online bagi seniman remaja yang ingin memamerkan karya mereka. Aku yakin, kekuatan imajinasi itu harus diakui, didukung, dan dirayakan. Satu hal yang aku yakini bahwa menemukan dan menjalani passion adalah hal penting,” jelasnya.

Eli menghabiskan banyak waktunya untuk melihat dan bahkan merasakan langsung kekerasan terhadap LGBT. Karena itu, dia ingin membuat perubahan.

“Di SMA, aku mendirikan Trans Student Educational Resources, sebuah organisasi yang dijalani oleh remaja transeksual. Di sini, aku fokus menulis soal organisasi, layanan kesehatan, pendidikan, solidaritas, identitas, kebebasan, dan kesetaraan,” ucapnya.

Waktu kecil dulu, Kiersey suka menulis cerita, lagu atau naskah dan membuat penampilan sendiri di kamarnya. Karena sering pindah sekolah, Kiersey pun kena anxiety issue sehingga dia enggak punya banyak teman.

Kiersey suka membuat imej baru yang selalu berbeda-beda di setiap sekolah baru. Semuanya berubah ketika Kiersey mengenal teater.

“Aku enggak hanya menghadapi publik, tapi juga diriku sendiri. Perang bathin yang kurasakan, juga perceraian orangtuaku, membuatku kuat dan yakin pada diriku sendiri. Apa yang mereka bilang kelemahan, aku anggap itu senjata.

Tanpa satu sama lain, kita enggak akan bisa membuat perubahan. Aku ingin mengajak orang lain untuk lebih mencintai dirinya sendiri, lewat film dan musik. Untuk bisa mengubah dunia, pertama-tama, kita harus bisa mengekspresikan diri,” bebernya.

Audrey membuat Sad Girl Theory, sebuah platform yang bertujuan untuk menyadarkan orang kalau rasa sedih bisa jadi sebuah kekuatan untuk mengubah banyak hal.

Soalnya, Audrey merasa kalau revolusi selama ini selalu digambarkan secara maskulin, seperti lewat kekerasan, pemberontakan, demonstrasi, dan lainnya.

“Aku berusaha menemukan cerita yang belum pernah disampaikan sebelumnya kalau cewek bisa mengubah sesuatu. Selama ini cewek selalu digambarkan suka menangis di tempat umum, diam di kamar sepanjang hari, membenci diri sendiri.

Kenyataannya, menjadi perempuan saat ini itu sangat menyakitkan. Bayangkan kalau semua sejarah perempuan di dunia hanya berkisar soal kesedihan, kegilaan, atau menghancurkan diri sendiri. Karyaku bisa dilihat di Instagram,” cerita Audrey.

Suka berpetualang membuka wawasan Lucia. Baginya, seorang feminist itu selalu mencari, mempelajari tempatnya di dunia, menolak ketidakpedulian dan mengambil tindakan meski berisiko. Semuanyan dituangkan lewat seni.

“Mungkin ini masih jauh untuk membuat perubahan, tapi setidaknya aku bisa berbagi sudut pandang, memulai dialog dan mengajak orang lain untuk ikut melakukan hal positif demi lingkungan kita.

Sekarang ini, karyaku fokus pada media massa yang sering menjadikan perempuan sebagai objek dan itu bisa mempengaruhi diri kita. Aku juga menjadi kurator seni dan jadi musisi dan keuntungannya untuk organisasi Oxfam dan Thorn.

Aku tengah mencoba membuat pertunjukan seni dan mengajak seniman perempuan. Aku rasa ini bentuk tanggung jawabku dalam menolong orang lain dan memberi ruang bagi mereka yang selama ini terpinggirkan agar berani bicara untuk diri mereka sendiri,” tegasnya.