Pikiran Untuk Bunuh Diri Datang Tanpa Disadari & Sering Dianggap Remeh. Waspada Sebelum Terlambat

By Aisha Ria Ginanti, Jumat, 21 Juli 2017 | 02:30 WIB
sumber: dromgbk.top (Aisha Ria Ginanti)

Kalau mendengarkan kata bunuh diri, mungkin banyak dari kita yang masih menganggapnya sebagai hal yang agak tabu sehingga enggak mau membahas.

Kalau ada berita bunuh diri, kita mungkin penasaran kenapa dia bunuh diri.

Tapi setelah itu, enggak banyak orang yang akan mencari tahu lebih jauh tentang depresi yang merupakan penyebab utama bunuh diri atau suicidal thoughts atau pikiran untuk bunuh diri, yang sebenarnya bisa muncul pada siapa saja.

Padahal, Berdasarkan data WHO (World Health Organitation) tahun 2012 dalam Stastistik Kesehatan Dunia 2016, ada .

Dari skala global ini, negara-negara di kawasan .

Dalam 45 tahun terakhir, angka bunuh diri meningkat sebanyak 60%. Jadi bisa banget kita liha kalau kasus bunuh diri ini makin tahun makin meningkat.

Untuk negara, Korea Selatan, menempati urutan pertama negara dengan kasus bunuh diri terbanyak.

Buat kita yang hobi nonton drama Korea atau suka Kpop pasti kita akan lebih tahu kalau bunuh diri sering kali dipilih orang Korea sebagai jalan keluar saat sudah putus asa menghadapi masalah hidupnya.

Dan meski Indonesia enggak masuk peringkat 20 besar atau bahkan, peringkat 100 besar, namun sama seperti dalam skala global, kasus bunuh diri di Indonesia juga terus meningkat setiap tahunnya, lho.

Berdasarkan data yang sama dari WHO, .

Ini artinya ada .

Sedangkan berdasarkan laporan Kepolisian Republik Indonesia, pada tahun kasus. Ini baru yang dilaporkan, belum yang enggak dilaporkan.

Tentunya kita masih ingat kejadian bunuh diri cowok berinisial PI (35) pada Jum'at (17/3) lalu dengan cara gantung diri di rumahnya di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta.

Kasus ini jadi begitu viral adalah karena korban merekam proses dia bunuh diri secara live di Facebook.

Dan hari ini, Rabu (22/3) muncul berita lagi tentan manajer grup idol JKT48 yang juga bunuh diri dengan cara gantung diri di rumah di kawasan Jurangmangu, Tanggerang Selatan.

Melihat kejadian bunuh diri yang makin sering muncul ini, enggak ada salahnya kita makin waspada sama atau

Pikiran yang biasanya muncul pada orang yang sudah depresi berat, sebelum akhirnya dia benar-benar mewujudkannya dengan bunuh diri.

Pikiran untuk bunuh diri ini mudah muncul pada orang yang mengalami depresi, terlepas dari berapa pun usianya dan apa pun jenis kelaminnya. Bahkan mungkin bisa menimpa kita dan orang-orang terdekat kita.

Dari semua jenjang usia, data WHO menunjukan kalau kasus bunuh diri paling banyak menimpa usia 15-29 tahun, khususnya perempuan.

Masih ingat kasus Linda (15), seorang siswa kelas dua SMP di Jakarta yang gantung diri di kamar tidurnya pada Juni 2006 dan Fifi Kurniasih (13) yang gantung diri di kamar mandi rumahnya di daerah Bantar Gebang, Jakarta pada Juli 2005 karena enggak kuat menahan malu selalu diejek oleh teman-temannya sebagai anak tukang bubur?

Mereka memutuskan untuk bunuh diri karena mengalami depresi berat, yang memang sering kali jadi pemicu utama dari bunuh diri. Depresi yang menuntun pada munculnya pikiran untuk bunuh diri memang bisa menimpa siapa saja pada tingkatan umur berapa pun.

Tapi, remaja memang cenderung lebih rentan pada depresi dan bunuh diri karena masih mengalami distorsi kognitif (cara berpikir yang belebihan atau enggak masuk akal) yang memicu munculnya egosentris.

Hal ini bikin remaja jadi lebih mudah merasa kalau dia yang paling diperhatikan (dalam kasus ini secara negatif) sehingga memicu dia untuk mudah stres hingga depresi.

Misalnya saat dia merasa gagal atau kurang dibanding teman-temannya, saat dia dimusuhi teman, saat dia di-bully, diejek terus menerus dia akan merasa amat tertekan dan merasa paling gagal atau paling sendirian.

Sayangnya hal ini sering dianggap sepele atau dianggap remeh oleh orang dewasa di sekitarnya, khususnya orang tua.

Akhirnya, karena enggak ditangani dengan tepat, menyebabkan dia mengarah pada bunuh diri.

Mira D. Amir, Psikolog di Lembaga Psikologi Terapan Univeristas Indonesia juga menjelaskan bahwa kasus bunuh diri pada anak atau remaja biasanya memang disebabkan oleh depresi. 

Depresi ini bisa berawal dari tekanan akademis atau bullying yang sering mereka hadapi di sekolah, kekerasan pada anak dan oleh orang tua, guru atau orang dewasa juga tuntutan atau tekanan yang terlalu tinggi dari orang tua.

“Di usia tersebut, mereka juga belum sepenuhnya matang untuk menilai suatu persoalan dan mencari jalan keluar secara efektif,” tambah Mira.

Baca juga kisah tentang 5 remaja yang bunuh diri karena depresi menghadapi ujian di sini.

(Baca juga: Curhat Cewek yang Pernah Mencoba untuk Bunuh Diri Saat SMA Karena Depresi)

Bagaimana pikiran untuk bunuh diri atau suicidal thoughts bisa muncul? Klik halaman selanjutnya untuk cari tahu.