“Di SMA saya dahulu saya enggak pernah mendapatkan sex education, bahkan saya rasa sekolah menganggap tabu mengenai sex education seperti ini. Saya rasa sex education itu penting sekali untuk di jaman seperti sekarang ini, yang semuanya bisa secara instan di akses melalui medsos dan itu bisa dibuka oleh semua kalangan tanpa terkecuali anak dibawah umur. Sex education sendiri diperlukan untuk menyamakan pandangan atau persepsi tentang apa itu sebenarnya sex itu.” - Dwi Febiyana - Universitas Brawijaya
“Belum pernah sama sekali dapat pendidikan seks. Padahal itu perlu agar kita tahu bagaimana cara menjaga alat reproduksi kita dan juga jika nanti sudah menikah dan akan berhubungan seksual jadi tahu bagaimana tata cara berhubungan seksual yang sehat dan berhati-hati agar tidak terkena penyakit atau membahayakan kita. “ - Nuril Kauneini Zakiati - SMAN 1 Demak (MIPA)
“Pernah dapat pendidikan seks tapi hanya satu kali dalam satu semester. Menurut aku itu penting karena sebagai remaja kita harus tau tentang yang kayak gitu walaupun hal itu masih dinggap "tabu" bagi banyak orang. Tetap aja kita butuh itu karena menyangkut masa depan kita juga.” - Belinda Zulaikha Saputri - SMPN 4 Tanggerang Selatan
(Baca juga: wajib tahu 5 Hal Enggak Perlu Kita Lakukan Pada Vagina)
Sebenarnya, Kemendikbud sendiri sudah memasukan pendidikan seks ini ke dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan dama kurikulum pembelajaran tahun 2013 (K-13).
Namun memang bentuknya masih secara enggak langsung. Hanya secara eksplisit dimasukan ke dalam pendidikan kesehatan reproduksi.
Tapi apakah itu cukup? Rasanya enggak. Pendidikan seks yang biasanya hanya diselipkan pada pelajaran biologi hanya menerangkan bagaiman proses pembuahan atau reproduksi.
Enggak ada yang menerangkan seperti apa sih struktur alat reproduksi kita (vagina atau pun payudara, atau penis untuk cowok).
"Kenapa payuradara aku beda sama punya temanku? Kenapa vagina aku gatal?"
"Gimana sih ciuman itu? Gimana hubungan seksual itu? Kenapa cowok sering mikirin seks atau masturbasi sementara cewek jarang?"
Enggak ada yang mau mengobrolkan hal-hal yang dianggap tabu itu sehingga kita cenderung mendiskusikannya sendiri dengan teman-teman sama-sama enggak tahu juga.
Atau mencari dengan asal browsing dari sumber yang belum tentu terpercaya.
Hasilnya? Pemahaman yang salah tentang hal-hal seksual. Bikin sesat.
(Baca juga: 7 Mitos tentang Penyebab Kehamilan yang Enggak Masuk Akal Banget dan mitos soal keperawanan yang sering bikin kita gusar)