55% Remaja Enggak Pernah Dapat Pendidikan Seks. Padahal Pendidikan Seks Itu Butuh, Bukan Tabu!

By Aisha Ria Ginanti, Jumat, 12 Januari 2018 | 11:15 WIB
55% Remaja Enggak Pernah Dapat Pendidikan Seks. Padahal Pendidikan Seks Itu Butuh, Bukan Tabu! (Aisha Ria Ginanti)

Seks kata yang tabu di Indonesia. Alhasil, pendidikan seks pun menjadi hal yang tabu. Padahal pendidikan seks itu penting banget untuk sudah mulai diajarkan bahkan sejak kita kecil, terlebih lagi saat kita remaja atau memasuki masa pubertas.

Kenapa? Kalau menurut Patricia Donovan dalam penelitiannya School-Based Sexuality Education: The Issues and Challenges; pendidikan seks memiliki tujuan utama untuk memberikan informasi kepada remaja agar menjadi berdaya dalam pergaulan sehingga bisa membuat keputusan yang bertanggung jawab untuk menjadi orang dewasa yang sehat secara seksualitas.

Bahkan menurut Menurut psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psi., pendidikan seks sendiri sudah harus diberikan sebelum kita masuk usia pubertas (13 – 17 tahun).

(Baca juga: 66 Persen Pemerkosaan di Indonesia Terjadi Saat Seseorang Berusia di Bawah 18 Tahun dan fakta mengejutkan lainnya soal kekerasan seksual)

Karena pendidikan seks itu mencakup paparan yang luas dan bisa banget jadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Misalnya soal anggota tubuh dan alat kelamin.

“Sehingga saat anak memasuki pubertas dia sudah punya pemahaman yang baik tentang apa yang terjadi pada dirinya dan bagaimana mengatasinya. Seperti perempuan akan menstruasi dan laki-laki akan mengalami mimpi basah. Terangkan pada anak apa yang terjadi dan juga tentang tanggung jawab seksualnya," jelas Vera.

Dengan begitu, orang yang mengira kalau kita bisa hamil hanya gara-gara berenang, atau mitos lainnya, mungkin enggak akan terjadi.

Enggak akan ada lagi yang mengira kalau ciuman bisa bikin hamil dan enggak akan ada lagi cewek yang enggak tahu kalau dia punya klitoris atau menganggapnya sebagai benjolan berbahaya.

(Masih enggak yakin remaja itu butuh banget pendidikan seks? Baca di sini kenapa remaja perlu berani ngomongin seks dalam kontesk pendidikan bukan berhubungan seks ya!)

Ngomongin soal pendidikan seks memang susah. Banyak orang dewasa (orang tua atau guru) yang harusnya mengajarkan ini pada kita sejak anak-anak atau remaja, justru menganggapnya tabu.

Sehingga enggak perlu dibahas atau justru takut mengajakarkan atau membahasnya karena enggak tahu gimana caranya.

Dalam survei online yang dilakukan pada Maret 2017, dari 368 responden usia 13 – 22 tahun yang menganggap pendidikan seks itu penting, 

“Di SMA saya dahulu saya enggak pernah mendapatkan sex education, bahkan saya rasa sekolah menganggap tabu mengenai sex education seperti ini. Saya rasa sex education itu penting sekali untuk di jaman seperti sekarang ini, yang semuanya bisa secara instan di akses melalui medsos dan itu bisa dibuka oleh semua kalangan tanpa terkecuali anak dibawah umur. Sex education sendiri diperlukan untuk menyamakan pandangan atau persepsi tentang apa itu sebenarnya sex itu.” - Dwi Febiyana - Universitas Brawijaya

“Belum pernah sama sekali dapat pendidikan seks. Padahal itu perlu agar kita tahu bagaimana cara menjaga alat reproduksi kita dan juga jika nanti sudah menikah dan akan berhubungan seksual jadi tahu bagaimana tata cara berhubungan seksual yang sehat dan berhati-hati agar tidak terkena penyakit atau membahayakan kita. “ - Nuril Kauneini Zakiati - SMAN 1 Demak (MIPA)

“Pernah dapat pendidikan seks tapi hanya satu kali dalam satu semester. Menurut aku itu penting karena sebagai remaja kita harus tau tentang yang kayak gitu walaupun hal itu masih dinggap "tabu" bagi banyak orang. Tetap aja kita butuh itu karena menyangkut masa depan kita juga.” - Belinda Zulaikha Saputri - SMPN 4 Tanggerang Selatan

(Baca juga: wajib tahu 5 Hal Enggak Perlu Kita Lakukan Pada Vagina)

Sebenarnya, Kemendikbud sendiri sudah memasukan pendidikan seks ini ke dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan dama kurikulum pembelajaran tahun 2013 (K-13).

Namun memang bentuknya masih secara enggak langsung. Hanya secara eksplisit dimasukan ke dalam pendidikan kesehatan reproduksi.

Tapi apakah itu cukup? Rasanya enggak. Pendidikan seks yang biasanya hanya diselipkan pada pelajaran biologi hanya menerangkan bagaiman proses pembuahan atau reproduksi.

Enggak ada yang menerangkan seperti apa sih struktur alat reproduksi kita (vagina atau pun payudara, atau penis untuk cowok).

"Kenapa payuradara aku beda sama punya temanku? Kenapa vagina aku gatal?"

"Gimana sih ciuman itu? Gimana hubungan seksual itu? Kenapa cowok sering mikirin seks atau masturbasi sementara cewek jarang?"

Enggak ada yang mau mengobrolkan hal-hal yang dianggap tabu itu sehingga kita cenderung mendiskusikannya sendiri dengan teman-teman sama-sama enggak tahu juga.

Atau mencari dengan asal browsing dari sumber yang belum tentu terpercaya.

Hasilnya? Pemahaman yang salah tentang hal-hal seksual. Bikin sesat.

(Baca juga: 7 Mitos tentang Penyebab Kehamilan yang Enggak Masuk Akal Banget dan mitos soal keperawanan yang sering bikin kita gusar)

Sekolah sebagai tempat terbanyak kita menghabiskan waktu memang punya tanggung jawab untuk memberikan kita pendidikan seks.

Vera Itabiliana juga bilang, selain diselipkan melalui pelajaran, akan lebih baik, kalau pendidikan seks untuk remaja ini diberikan dalam situasi yang santai, hangat dan terbuka.

“Misalnya di sekolah bisa diadakan diskusi kelompok yang dipisahkan antara perempuan dan laki-laki (agar mereka lebih nyaman, tidak malu) untuk saling sharing tentang topik-topik seperti pubertas atau hubungan pertemanan/pacaran yang sehat. Diskusi ini bisa difasilitasi oleh guru BK atau guru yang dekat dengan anak-anak. Isu ini tidak bisa lagi dianggap tabu mengingat semakin meningkatnya kekerasan seksual atau penyimpangan di kalangan anak dan remaja,” ungkap Vera.

(Baca juga: Cara Menanggapi Pelecehan Seksual dari Pacar)

Tapi perlu banget kita tahu juga, menurut Vera, seks itu bukan hanya tanggung jawab sekolah. Jadi kita pun harus mendapatkannya dari orang tua di rumah karena porsi paling besar tetap ada di tangan orang tua.

Untuk itu kita perlu berani untuk bertanya atau memulai obrolan tentang hal-hal seksual dengan ortu kalau memang kita penasaran banget.

Obrolan seks bisa berangkat dari mana aja, kita enggak perlu mengatur waktu atau tempat khusus. Bisa dilakukan secara spontan kalau kita memang lagi bingung terhadap sesuatu.

Misalnya soal mentruasi, soal ciuman, soal hubungan seks dan lainnya. Atau saat kita menemukan adegan dewasa ketika nonton bareng ortu. Dari pada jadi awkward, kita bisa langsung menanyakannya, lho, pada ortu.

Tapi kita enggak boleh hanya menanyakan atau sekedar tahu tentang prosesnya doang. Misalnya proses tentang hubungan seks, menstruasi atau cowok mimpi basah.

Kita juga perlu tahu mengenai efeknya pada tubuh kita, atau akibatnya kalau kita melakukan hubungan seks. Dengan begini kita bisa belajar dampak buruknya dan punya kuasa atau kemampuan untuk mengindarinya.

Lalu gimana kalau ortu kita menganggapnya masih tabu dan menghindari pertanyaan kita atau justru kita malah diomeli gara-gara bertanya kayak gitu?

Karena enggak bisa dipungkiri masih banyak orang tua yang menganggap hal ini tabu.

“Cari sumber lain yang lebih dewasa dan dipercaya seperti kakak atau guru. Atau cari sumber yang dapat dipercaya seperti situs-situs terpercaya yang membahas isu-isu tersebut. Mereka juga dapat menemui psikolog jika diperlukan,” jelas Vera.

Nah, tentunya kamu bisa mencari jawaban tentang pertanyaan seputar seks di website , girls

Klik langsung untuk cari tahu segala sesuatu tentang vagina, payudara, menstruasi, dan tema seks lainnya.

Yang penting jangan biarkan kurangnya pendidikan seks yang kita terima bikin kita jadi punya pemahaman yang ‘sesat’ masalah ini.

Pendidikan seks itu bukan hal yang tabu untuk dibahas, tapi justru penting untuk dibahas biar kita makin pintar, bisa menjaga diri dan punya kuasa atas diri kita dengan baik.