Cerita Seorang Teknisi Pesawat Cewek. Harus Memastikan Pesawat Siap Terbang Dalam Waktu Satu Jam

By Ifnur Hikmah, Selasa, 20 Februari 2018 | 06:45 WIB
foto: dok. pribadi (Ifnur Hikmah)

Demi keselamatan sebuah penerbangan, ada sosok teknisi pesawat di belakangnya. Mereka inilah yang memastikan sebuah pesawat dalam keadaan aman dan siap terbang.

Kadang waktu yang dibutuhkan untuk memeriksa pesawat sangat sempit. Namun, mereka harus siap dan bisa menyelesaikan masalah yang ada dalam rentang waktu tersebut, sampai akhirnya pesawat bisa terbang lagi.

Salah satu sosok teknisi pesawat tersebut adalah Dinanti Faliendra Estri. Cewek berumur 24 tahun ini bekerja sebagai Senior Aircraft Maintenance Technician, Garuda Maintenance Facility.

(Lihat di sini bukti kalau cewek juga bisa sukses di bidang STEM)

Ketika pertama kali masuk ke Garuda, cewek yang akrab disapa Falend ini menjadi satu-satunya cewek di unit tersebut. Namun, hal ini enggak menghalangi Falend untuk mengembangkan kemampuannya di bidang yang didominasi oleh cowok ini.

Berikut cerita Falend, teknisi pesawat yang harus bisa memastikan pesawat siap terbang dalam waktu satu jam.

(Lihat di sini cerita sosok yang ada di balik kesuksesan Gojek)

Lulusan Universitas Nurtanio Bandung ini menjadi satu-satunya cewek di angkatannya yang lolos diterima bekerja di Garuda Maintenance Facility. Meski awalnya pengin kuliah di teknik sipil, tapi pada akhirnya Falend malah jatuh cinta sama pesawat setelah tiga tahun bekerja di GMF.

“Di angkatanku ada sekitar 600 orang, yang ikut tes di GMF sekitar 500-an orang. Aku enggak berharap diterima karena saingannya banyak dan waktu itu aku belum lulus kuliah. Yang diterima bekerja di GMF cuma 9 orang dan aku satu-satunya cewek,” kenang Falend.

Sebagai seorang teknisi pesawat berarti setiap hari harus siap menerima tantangan baru. “Pekerjaannya setiap harinya harus mengikuti job card. Aku di hanggar, jadi setiap minggu kita sudah ada jadwal hari ini ngerjain apa, besok ngerjain apa.

Begitu pesawat masuk, penumpang dan kargo udah turun semua, kita bawa pesawat ke hanggar. Istilahnya towing. Di sana, kita mengecek ada kondisi yang enggak normal. Kalau ada, kita bikin laporan ke engineer, karena aku kan masih mekanik. Nanti engineer yang bikin keputusan. Setelah diperbaiki, lapor lagi ke engineer.

Menurutku, yang menjadi tantangan adalah bagaimana memastikan pesawat ini aman. Yang aku rawat ini alat transportasi. Suatu saat bisa aja yang naik itu keluargaku atau orang terdekatku. Jadi gimana aku harus merawat si pesawat seaman ungkin. Gimana aku bisa benar-benar menjaga pesawat, benar-benar memastikan ketika pesawat terbang, itu dalam keadaan aman.

Ada dua tipe pengecekan. Pertama itu transit check, yaitu pesawat setelah landing dan untuk terbang lagi itu punya ground time maksimal satu jam. Transit check enggak terlalu dalam, cuma sejam aja.

Ada lagi pesawat landing malam atau sore dan terbangnya lagi 12 jam kemudian, dan ini yang pengecekannya dalam. Enggak semua pesawat punya pengecekan yang sama, karena bisa aja ada pesawat yang butuh maintenance. Juga ada pengecekan daily dan weekly, ini perawatan rutin.

Serunya kerjaan ini enggak bikin bosan karena kita mobile dan setiap hari ngerjain sesuatu yang beda. Jadi banyak hal baru yang dipelajari. Ada sesuatu yang bikin penasaran. Jadi aku dapat ilmu dan pengalaman baru, pesawat juga aman. Itu yang bikin aku senang,” beber Falend.

(Lihat di sini tips buat jadi pilot dari Patricia Yora)

Ada stigma yang bilang kalau mau masuk teknik itu harus pintar. Kenyataannya enggak begitu, karena yang penting adalah keinginan untuk terus belajar.

“Modalnya itu bukan dari jenius atau enggak. Karena teknik itu sebenarnya kompleks. Ada tiga hal penting, yaitu ilmu pengetahuan, kemampuan fisik, dan kemampuan bersosialisasi sama orang.

Kalau pintar banget, tahu semua hal, itu enggak akan berguna juga. Apalagi kalau mau jadi teknisi pesawat karena sebenarnya pekerjaan kita itu nyontek dari manual.

Justru, yang pintar itu mereka yang mau baca manual ketika kerja, bukan yang hafal. Percuma dihafal karena manual ini selalu update. Jadi dibutuhkan orang yang mau belajar, rendah hati, dan enggak sombong tahu semua hal.”

“Dulu, aku enggak kepikiran pekerjaannya bakalan seperti ini. Ekspektasiku dulu hanya ngerjain pesawat kecil atau helikopter, enggak kepikiran megang pesawat gede kayak gini. Sampai udah mau kerja masih suka bertanya-tanya, kira-kira bisa enggak ya?

Aku enggak minder sih. Memang sih sempat mikir ini bidang cowok, tapi harusnya sebagai cewek aku juga bisa. Palingan aku sempat ragu ketika mulai kerja dan tahu harus megang pesawat gede.

Awalnya jadi beban, tapi lama-lama terbiasa karena ini proses pembelajaran. Dapat banyak pengalaman dan banyak diskusi jadinya yakin sama pekerjaanku.

Selama bekerja aku enggak pernah di-underestimate, karena di sini cewek dan cowok dipandang sama aja. Pekerjaan kita sama.

Ke depannya, aku yakin bakalan banyak cewek yang akan jadi teknisi pesawat. Dulu aku cuma sendirti, dan sekarang makin banyak cewek. Mungkin dulu karena masih sedikit yang tahu soal jurusan kuliah ini. Apalagi sekarang industri penerbangan juga makin maju, jadi pasti bakalan banyak cewek yang jadi teknisi pesawat," umbar Falend.

Tertarik pengin jadi teknisi pesawat seperti Falend? Menurut Falend, ini hal yang harus kita persiapkan.

“Jangan menganggap karena kita cewek jadi enggak bsia eksplorasi banyak hal. Justru kita harus berpikir kita bisa melakukan apapun. Cewek juga bisa melakukan hal-hal yang selama ini mungkin banyak dikuasai cowok.”

“Soalnya kita harus bsia bekerja di bawah tekanan karena kita diburu-buru waktu. Kita cuma punya waktu maksimal satu jam untuk mengecek pesawat.

Kita harus tetap tenang. Kerja buru-buru juga enggak baik, takutnya ada yang kelewat. Kerja lambat juga enggak bisa. Jadi, harus pintar dalam hal manajemen waktu.”

“Harus siap bertemu banyak tipe orang juga dan enggak semua hal harus dimasukin ke hati. Gimana caranya kita membawa diri sehingga bisa nyambung sama semua orang. Harus bisa mengambil sikap dalam menghadapi orang."

“Kalau misalkan kita salah, jangan enggak mau nyoba lagi. Namanya juga orang belajar, pasti ada salah. Kalau salah sekali, belajar di situ, diingat-ingat. Jangan jadi beban dan bikin enggak mau nyoba lagi.”

Tertarik jadi teknisi pesawat, girls?