Keuntungan Hidup di Negara dengan Beragam Suku Bangsa & Agama yang Sering Kita Lupakan

By Aisha Ria Ginanti, Rabu, 31 Mei 2017 | 01:00 WIB
Para siswa SMA Santo Thomas Aquinas yang ceria dan bersemangat (foto diambil menggunakan Canon EOS M10). (Aisha Ria Ginanti)

Atau cerita rasisme lainnya adalah kisa seorang cewek berhijab yang dia dan anaknya sering mengalami diskriminasi karen agama mereka yang sangat minoritas di Korea.

Pengetahuan yang terbatas tentang perbedaan suku, ras dan agama, menyebabkan hal ini terjadi.

Untungnya, seperti yang bisa dilihat di kedua video tersebut, saat ini orang Korea makin terbuka terhadap perbedaan ras dan agama.

Kalau dilihat dari beberapa contoh kasus itu, kayaknya enggak berlebihan kalau kita sebagai negara dan bangsa yang sudah terbiasa terhadap perbedaan ras, suku dan agama sejak kecil, mestinya bisa bersikap lebih baik dan terbuka terhadap perbedaan.

(Baca juga: 10 Standar Kencantikan di Korea yang Sering Bikin Kita Bingung)

Seperti yang udah disinggung sebelumnya, negara heterogen punya kekurangan akan mudah dipecah belah, kalau soal perbedaan ini terus diungkit dan dijadikan konflik.

Dan kalau menurut Malcolm Gladwell penulis dan jurnalis The New Yorker, masalah umum yang dialami negara heterogen adalah kaum mayoritas yang menekan kaum minoritas.

Jadi kaum minoritas merasa didiskriminasi oleh kaum mayoritas.

Atau kaum mayoritas menganggap kalau golongan mereka adalah yang paling baik dan eksistensi kaum minoritas itu mengganggu atau menodai golongan mereka.

Tapi di sisi lain, ada beberapa keuntungan juga yang dimiliki oleh negara heterogen, yang sayangnya sering kita lupakan.