Mengalami mukjizat dan menerima kesempatan kedua untuk hidup ternyata tidak hanya terjadi di film-film yang sering kita tonton aja.
Nyatanya, di sekitar kita juga sudah banyak contoh tentang orang-orang yang luput dari ‘kematian’ dan diberikan second chance untuk hidup di dunia ini.
Hal inilah yang terjadi pada Laura Lazarus, seorang cewek yang pernah mengalami situasi kritis yang hampir menghantarkannya pada maut.
Simak selengkapnya kisah Laura, cewek yang dua kali selamat dari kecelakaan pesawat dan berhasil bangkit dari trauma berikut ini.
(5 Alasan Kita Enggak Boleh Bunuh Diri Seberat Apapun Masalahnya, klik di sini.)
Dari kecil, Laura memang sudah bercita-cita menjadi pramugari. Kehidupan keluarganya yang pada saat itu sulit membuatnya lebih bekerja keras untuk bisa mencapai mimpinya ini.
Sampai akhirnya, di tahun 2002, pada usianya yang baru menginjak 19 tahun, ia berhasil menggapai cita-citanya ini.
Tapi rupanya, kesuksesan yang diraih Laura di usia muda malah sempat membuat dirinya menjadi sombong dan egois.
“Hubungan dengan Mama jadi sangat buruk, padahal selama ini, Mama yang selalu dukung aku. Saat itu aku ngerasa sudah mampu hidup sendiri, bisa mengatur hidupku sendiri, dan enggak perlu nasehat Mama lagi. I was lost.”
Laura mengalami dua kali kecelakaan pesawat di awal kariernya. Pertama, di pertengahan tahun 2004. Saat itu, pesawat yang diawaki Laura tergelincir dari Landasan Udara Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sumatera Selatan.
Namun, di kecelakaan pertama ini, Laura selamat dan tidak ada korban jiwa, hanya beberapa penumpang yang mengalami luka-luka. Tapi ternyata, kisah tragis yang dialami Laura tidak berhenti sampai di situ.
Pada 30 November 2004, pesawat Lion Air JT 538 yang saat itu ia naiki, jatuh menghantam pemakaman kawasan bandara Adi Sumarmo. Kecelakaan tersebut menewaskan 26 orang dan yang lainnya mengalami luka-luka.
"Saya masih ingat waktu pesawat Lion jatuh dan tersungkur menghantam kuburan, rekan sesama pramugari yang duduk di samping saya ketika pesawat jatuh seketika meninggal dengan kepala remuk.
Saya pun masih mendengar para penumpang berteriak minta tolong dan mengaduh kesakitan namun tidak bisa apa-apa karena setengah tidak sadar dikarenakan terjepit oleh reruntuhan pesawat.”
Saat itu, Laura sendiri ditemukan oleh regu penyelamat di bawah tumpukan jenazah, tapi karena masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan, Laura pun dievakuasi. "Setelah itu saya sempat koma di rumah sakit selama tiga hari, semuanya terasa gelap.”
(Baca juga: Curhat Cewek yang Pernah Mencoba untuk Bunuh Diri)
Dalam keadaan koma tersebut, Laura merasa seperti sedang berjalan di dalam rumahnya.
“Saya bisa melihat adik dan ibu saya menangis histeris saat berita kecelakaan saya disiarkan di TV. Anehnya saya hanya bisa melihat mereka, tapi enggak bisa memegang dan memeluk mereka.
Sampai akhirnya saya melihat cahaya yang sangat terang dan di balik cahaya tersebut ada suara yang mengatakan: Laura, kamu harus kembali, masih ada yang belum kamu ceritakan.” Setelah itu, ia pun terbangun dari koma.
“Tulang pipi sebelah kanan saya remuk dan dagingnya tercabik, pundak sebelah kanan bergeser dari pangkalnya, pinggang saya patah, tulang betis kanan patah dan dagingnya tercabik parah.”
Laura masih bergetar ketika menceritakan peristiwa naas yang dialaminya tersebut. "Muka saya kelihatannya mulus sekarang, padahal ini sebetulnya harus dilapisi plat metal dan harus dioperasi 5 kali.
Kaki, tangan, dan pinggang saya patah. Mata keluar dan harus dioperasi berkali-kali. Selama beberapa bulan, Mama tidak mau memberikan cermin pada saya. Hingga akhirnya suatu waktu saya paksa, saya melihat diri saya seperti monster yang menyeramkan.”
Mengalami belasan kali operasi, tentu sempat membuat Laura putus asa dan menyerah. Tapi kegigihan upaya sang ibunda untuk bisa melihat anaknya pulih kembali selalu berhasil membangkitkan semangat Laura.
“Saya yang sempat kurang ajar sama Mama, saat itu betul-betul merasakan kalau cinta kasih orangtua sama anaknya tanpa batas.
Untuk membiayai pengobatan saya di luar negeri, Mama rela melakukan segalanya. Enggak istirahat, jualan makanan, semuanya dikerjakan demi saya.
Walaupun berkali-kali saya membuat hati Mama hancur, kasihnya selalu ada untuk memaafkan dan merangkul saya.”
Butuh waktu bertahun-tahun buat Laura untuk bisa menghadapi rasa takut dan trauma yang ia alami, bahkan hingga kini kalau pesawat yang ia tumpangi sedang mengalami turbulensi, hatinya masih bergetar.
“Saya takut, tapi buat saya itu wajar. Saya harus hadapi ketakutan itu, bukan menyangkalnya. Saya percaya, kalau hidup saya sepenuhnya ada di tangan Tuhan.
Kalau Tuhan masih mau pakai saya di dunia, sehebat apapun bahaya yang saya alami, saya pasti akan selamat. Tapi, kalau memang sudah waktunya saya kembali kepada-Nya, maka saya menerima hal itu.
Yang penting, langkah-langkah saya selama hidup selalu menuju ke jalan yang benar.”
Kini Laura merupakan CEO dari perusahaan penerbitan miliknya, Growing Publishing. Ia juga sukses menjadi pembicara untuk bisa menginspirasi dan memotivasi orang-orang untuk mengalami terobosan dan perubahan hidup.
Selain itu, Laura juga menulis buku best seller ‘Unbroken Wings’ yang telah terjual lebih dari 10 ribu copy.
Buku ini menceritakan tentang perjalanan hidupnya menggapai impian menjadi seorang pramugari dan mengalami musibah kecelakaan pesawat yang nyaris merenggut nyawanya serta pengalaman dekat dengan kematian.
"Aku dulu hanya bisa terbang dengan sayap yang terbuat dari besi, tapi suatu ketika sayap itu patah dan aku benar-benar merasa kehilangan.
Sayapku sudah benar-benar patah dan tidak seperti yang aku harapkan, tetapi Dia memberiku sepasang sayap yang baru dan sekarang aku dapat terbang jauh lebih tinggi dari sebelumnya.”
(Baca juga: Alasan Kenapa Mengumbar Masalah Percintaan di Medsos Itu Enggak Keren)