Bukan Hanya Korban Bullying Saja yang Menderita, Bystander atau Penonton Juga Bisa Mengalami Trauma

By Ifnur Hikmah, Rabu, 28 Februari 2018 | 05:34 WIB
foto: dramabeans.com (Ifnur Hikmah)

Di satu sisi kita ingin mengakhiri bullying, tapi kita juga takut karena bisa saja kita akan menjadi target selanjutnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Aprishi Allita, penulis buku Cool In School, Buku Pintar Bergaul di Sekolah yang juga seorang aktivis anti-bullying dan founder www.carikapapaya.com.

“Penonton memilih diam karena takut akan jadi korban selanjutnya. Masih banyak remaja yang hanya mementingkan diri sendiri, sehingga ketika melihat ada tindakan bullying, mereka cenderung menyelamatkan diri sendiri dengan diam.”

Selain itu, ada beberapa alasan yang sering diungkapkan oleh bystander, di antaranya:

1. Pemikiran kalau hal tersebut bukan urusan kita sehingga enggak mau ikut campur.

2. Merasa enggak punya kekuatan apa-apa untuk mengakhiri bullying.

3. Terpengaruh dengan stigma yang beredar di lingkungan kalau si korban ‘pantas’ menerima perlakuan tersebut.

4. Enggak ingin mengalihkan perhatian kepada dirinya sehingga nanti malah membuat pelaku menjadikan dirinya sebagai target.

5. Beranggapan bahwa melaporkan tindakan tersebut kepada orang dewasa atau pihak berwajib hanya akan membuat keadaan makin parah.

6. Tidak tahu harus berbuat apa.

(Lihat di sini apa saja yang harus kita lakukan biar enggak jadi pelaku cyberbullying)