"I have said what I need to say to the victims. I have a little more to say. You are no longer victims, you are survivors." - Judge Aquilina Docket
Berdamai dengan masa lalu yang kelam setelah mendapat perlakuan enggak pantas dari orang yang pernah kita sukai pasti selalu membekas dalam diri kita. Bukan hanya terlihat dari fisik, tapi ada yang menetap dalam mental dan emosi kita.
Itu yang dirasakan oleh sahabat penyintas kita, Merida* (nama disamarkan), yang pernah diperkosa oleh gebetannya ketika masih duduk di bangku kuliah.
Yuk, simak kisah perjuangan Merida melawan trauma dan diskriminasi setelah diperkosa sama gebetannya!
(Baca juga: 2 Cewek Ini Melaporkan Pacarnya Ke Polisi Setelah Diperkosa)
"Waktu itu tahun 2013, aku masih jadi mahasiswa dan beberapa kali sering sibuk dengan kegiatan-kegiatan organisasi kemahasiswaan. Salah satunya aku juga terlibat dalam aksi pengecaman Sitok Srengenge. Dari kegiatan aktivis yang cukup banyak, aku kenal sama seorang cowok.
Dia dari pers mahasiswa kampus lain dan bisa dibilang kami berdua nyambung banget kalau ngobrol soal banyak hal, terutama tentang Filsafat. Berawal dari nyambung satu sama lain itu, hubunganku dan dia semakin dekat.
Kalau sering terlibat dengan kegiatan organisasi, pasti dalam diri kita muncul rasa pengin membantu satu sama lain, kan? Begitu juga aku dan dia.
Waktu itu dia mengalami kesusahan saat mau mencari kamar kost. Aku tahu rasanya kesusahan saat merantau, jadi akhirnya aku sering membantu dia.
(Baca juga: 9 Bentuk Kekerasan Seksual yang Penting Untuk Kita Ketahui!)
Karena tempat kost yang aku tinggali adalah kost campur (laki-laki dan perempuan) dia sering mampir ke kost-ku. Alasannya dia adalah pengin lihat-lihat kalau ada kamar yang cocok dengan budget-nya dia yang memang saat itu lagi mepet banget.
Saat itu kondisinya dia lagi main ke tempat kost-ku dan karena kost lagi sepi, dia masuk ke kamarku. Tapi enggak lama, tiba-tiba dia langsung menutup pintu kamar. Dia langsung menyerang aku.