Biasanya jumlah gula yang keluar dari tubuh melalui urin enggak dapat dideteksi, meski begitu jika kadar gula darah seseorang cukup tinggi, gula mulai meninggalkan aliran darah melalui ginjal dan masuk ke urin.
Molekul glukosa cukup kecil untuk bocor melalui sistem filtrasi ginjal.
Saat molekul glukosa yang berlebihan itu memasuki urin, glukosa menarik air bersamanya seperti spons sehingga jumlah urine yang terbentuk dan frekuensi buang air kecil meningkat.
Saat kita kehilangan kelebihan cairan tersebut, kita akhirnya mengalami dehidrasi.
Inilah sebabnya mengapa pasien yang mengalami peningkatan kadar gula darah terlalu lama sering menjadi 'kering' dan mungkin berakhir di unit gawat darurat atau unit perawatan intensif.
Baca Juga: Kerap Diabaikan, Ternyata 5 Hal Ini Bisa Jadi Penyebab Sakit Kepala!
Dehidrasi juga bisa menjadi tanda kondisi yang dikenal sebagai diabetes insipidus.
Hormon antidiuretik (ADH) adalah hormon yang memungkinkan tubuh menyerap kembali air dari urin yang terbentuk di ginjal, dan penyerapan kembali ini cenderung terjadi paling banyak saat kita mengalami dehidrasi, seperti saat berkeringat.
Jika tubuh enggak menghasilkan ADH yang cukup atau ginjal enggak merespons ADH dengan tepat, maka tubuh enggak menahan air sebanyak yang diperlukan.
Kondisi ini dapat menyebabkan lebih sering buang air kecil dan bisa saja mengalami dehidrasi.
Jika kita mengalami kondisi aeperti ini, konsultasikanlah dengan dokter dan mencari solusinya.
Secara umum pasien juga harus menghindari minum cairan yang mengandung gula dalam jumlah berlebih, sebab minuman tinggi gula dapat menyebabkan kadar gula darah yang enggak terkontrol dan menyebabkan jumlah buang air kecil menjadi lebih buruk.
Pasien harus berbicara dengan dokter lebih lanjut tentang untuk mengetahui apa yang dianggap normal dan dianggap rendah gula untuk diri mereka.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR