CewekBanget.ID - Bulan Maret diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kanker Kolorektal.
Kanker kolorektal atau dalam Bahasa Inggris dikenal sebagai colon cancer adalah salah satu jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di dunia.
Kanker ini banyak menyerang orang dewasa, tapi tentu enggak ada salahnya kita mengetahui tentang bahaya kanker ini sejak dini, girls.
Cari tahu seperti apa penyebab dan gejala kanker kolorektal supaya kita lebih aware, yuk!
Baca Juga: Ketahui 3 Penyebab Benjolan di Ketiak. Bisa Jadi Gejala Kanker!
Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal adalah salah satu jenis kanker dengan kasus terbanyak di dunia.
Dilansir dari Globocan, angka kejadian kanker ini mencapai 12,4% dari kasus kanker dunia dan menempati urutan ke-6 sebagai sebagai kanker dengan penderita terbanyak.
Sayangnya, gejala awal yang sulit terdeteksi membuat masih banyak orang Indonesia belum memahami seberapa berbahayanya kanker kolorektal.
Bersumber dari Usus Besar
Kanker kolorektal berawal dari usus besar dan umumnya menyerang orang dewasa atau lanjut usia (lansia), meski enggak menutup kemungkinan dapat menyerang orang dari berbagai kalangan usia.
Dilansir dari rilis resmi Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC), kanker ini biasanya dimulai dari gumpalan sel kecil jinak atau non-kanker, yang juga disebut polip dan terletak di bagian dalam usus besar.
Tapi apabila enggak ditangani dengan cepat dan tepat, polip-polip ini dapat menjadi kanker kolorektal.
Baca Juga: 4 Penyebab Kulit Wajah Terasa Gatal. Bisa Jadi Gejala Kanker Kulit!
Gejala
Meski berbahaya, banyak penderita kanker kolorektal yang justru enggak mengalami gejala apapun pada tahap awal penyakit.
Pada tahap lebih lanjut, gejala kanker kolorektal antara lain perubahan kebiasaan buang air besar (BAB) secara terus menerus, BAB berdarah, merasa lemah atau lelah, perut terasa enggak nyaman seperti kram atau nyeri, anemia, hingga penurunan berat badan enggak normal.
Gejala yang kebanyakan baru muncul pada kanker stadium lanjut pun membuat proses penyembuhan serta pengobatan menjadi lebih sulit, lebih mahal, dan tingkat keberhasilan pengobatan lebih rendah.
Makanya, deteksi dini sangat dianjurkan agar pasien segera mendapatkan penanganan yang tepat.
(*)
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR