Ingat, segala aktivitas dan informasi yang kita bagikan di internet sangat sulit dimungkiri sebagai gambaran diri kita sehari-hari di mata orang lain.
Lagi-lagi, gambaran tersebut akan melekat kuat terlepas dari perubahan yang mungkin kita alami setelahnya.
Bahaya Jejak Digital
Nah, terus kenapa kita perlu waspada dan sebisa mungkin meminimalisir jejak digital?
Faktanya, hampir semua pengguna internet meninggalkan jejak digital masing-masing.
Kadang jejak digital muncul tanpa kita sadari atau memang enggak dimaksudkan untuk hal tertentu, misalnya saat kita membagikan momen liburan, curhat di medsos, dan sebagainya.
Ketika jejak digital kita bocor, bahkan meskipun kita sudah lupa akan hal tersebut karena sudah sangat lama berlalu atau karena kita sudah menjadi sosok yang berbeda, kita akan berada dalam sejumlah risiko.
Biasanya sih, jejak digital kerap mengarah pada bullying hingga pelecehan dengan bahan berupa informasi yang pernah kita bagikan di internet.
Selain itu, unggahan foto atau video pribadi juga sangat berisiko disalahgunakan sebagai konten blackmail, teks seksual (sexting) tanpa consent, sekstorsi, hingga kekerasan berbasis gambar atau dikenal juga sebagai revenge porn.
Unggahan kontroversial pun berpotensi mengancam reputasi dan jabatan yang kita miliki.
Baca Juga: Bakal Segera Luncur, Apa Beda Rupiah Digital dengan Uang Elektronik?
Menghadapi Jejak Digital
Source | : | SAFENet |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Marcella Oktania |
KOMENTAR