CewekBanget.ID - Menyimpan barang-barang bekas yang masih bernilai mungkin adalah hal yang wajar.
Apalagi jika barang tersebut masih bisa digunakan atau dialihfungsikan, seenggaknya kita berkontribusi terhadap sustainable lifestyle atau gaya hidup berkelanjutan ramah lingkungan.
Tapi kalau kebiasaan menyimpan barang yang enggak berguna sampai memenuhi ruangan dan menimbulkan ketidaknyamanan, gimana ya?
Nah, mungkin itulah yang kemudian dikenal dengan istilah hoarding disorder.
Hoarding disorder adalah salah satu jenis gangguan kondisi mental yang membuat penderitanya punya kebiasaan mengumpulkan barang-barang tanpa tujuan yang jelas, bahkan barang yang seharusnya dibuang saja seperti sampah.
Kenali penjelasan hoarding disorder berikut ini.
Hoarding Disorder
Sebelum membahas hoarding disorder, kita mungkin bisa membahas dulu istilah hoarding.
Hoarding alias menimbun adalah pola perilaku yang dicirikan dengan mengumpulkan barang-barang, terlepas penting atau enggaknya barang tersebut.
Biasanya ini berkaitan dengan keengganan atau kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang tersebut.
Dampaknya mengarah pada kesehatan emosional, fisik, sosial, finansial, hingga legal bagi orang yang melakukan hoarding dan orang-orang terdekatnya.
Baca Juga: Pengin Memulai Hobi Koleksi? Ini 5 Hal yang Harus Kita Ingat!
Seringkali barang yang dikumpulkan sebetulnya enggak berharga atau memang sampah yang seharusnya dibuang, dan perilaku ini juga kerap berkaitan dengan kebiasaan membeli barang secara kompulsif hingga mengumpulkan barang gratisan seperti pamflet.
Hoarding disorder sendiri awalnya masuk ke dalam gejala gangguan obsesif-kompulsif (OCD) karena berkaitan dengan perilaku obsesif dan kompulsif dalam mengumpulkan barang.
Namun, gangguan ini juga menunjukkan gejala yang berkaitan dengan gangguan depresi mayor dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Baru ketika Asosiasi Psikiatris Amerika merilis Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima di tahun 2013, hoarding diklasifikasikan ke dalam kategori sendiri.
Perilaku hoarding bisa mulai dikenali sejak usia remaja dan semakin parah di usia dewasa atau lanjut, terutama jika penderitanya tinggal sendiri dan enggak ada orang yang dapat membantu.
Perilaku ini lebih umum ditemukan pada mereka yang mengalami gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan ADHD.
Hoarding juga kerap berkaitan dengan gangguan paranoid, skizofrenia, dan avoidant atau kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial.
Gejala dan Alasan Hoarding Disorder
Gejala paling jelas dari gangguan ini adalah perasaan enggan atau enggak mampu membuang barang tertentu, serta adanya kecemasan yang kuat saat berusaha melakukan itu.
Selain itu, penderita hoarding disorder kerap kali sulit mengkategorikan atau merapikan barang, hingga merasa malu dan 'terkepung' oleh barang-barangnya sendiri.
Pada tahap lebih parah, penderita hoarding disorder kerap dihinggapi rasa obsesif, curiga, dan paranoid saat orang lain menyentuh barang-barangnya.
Baca Juga: Gemar Mengumpulkan Barang-Barang, Apa Bedanya Koleksi dan Hoarding?
Biasanya, seseorang menjadi penimbun karena mereka percaya sebuah barang akan berguna atau berharga di masa depan.
Atau mereka merasa ada nilai-nilai kenangan yang unik dan enggak tergantikan dari barang tersebut karena alasan nostalgia.
Misalnya pengingat sebuah momen atau sosok orang yang berharga dalam hidup mereka.
Ada beberapa orang yang mengalami hoarding disorder setelah mengalami trauma kehilangan orang tersayang.
Akhirnya, ia begitu menjaga barang tertentu tapi jadi berdampak pada obsesi terhadap barang-barang lain dalam hidupnya.
Ingat, ini hal yang berbeda banget dari kebiasaan koleksi, ya!
Mengoleksi barang adalah hal yang wajar, kok.
Pasalnya, kita biasanya melakukan hal tersebut dengan kesadaran penuh bahwa koleksi itu membuat kita bahagia dan terpenuhi.
Sedangkan hoarding disorder adalah sebuah situasi yang mengganggu kondisi mental seseorang dan membuatnya terus menimbun barang, bahkan saat ia enggak menyukainya.
Kalau kita atau orang-orang terdekat mengenali gejala hoarding disorder, segera konsultasikan ke ahli untuk penanganan lebih lanjut.
Baca Juga: 5 Dress Motif Warna Pastel Buat Baju Lebaran 2023 dari Brand Laudya Cynthia Bella!
(*)
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Marcella Oktania |
KOMENTAR