Baca Juga: Pengin Memulai Hobi Koleksi? Ini 5 Hal yang Harus Kita Ingat!
Seringkali barang yang dikumpulkan sebetulnya enggak berharga ataumemang sampah yang seharusnya dibuang, dan perilaku ini juga kerap berkaitan dengan kebiasaan membeli barang secara kompulsif hingga mengumpulkan barang gratisan seperti pamflet.
Hoarding disordersendiri awalnya masuk ke dalam gejala gangguan obsesif-kompulsif (OCD) karena berkaitan dengan perilaku obsesif dan kompulsif dalam mengumpulkan barang.
Namun, gangguan ini juga menunjukkan gejala yang berkaitan dengan gangguan depresi mayor danattention deficit hyperactivity disorder(ADHD).
Baru ketika Asosiasi Psikiatris Amerika merilisDiagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi Kelima di tahun 2013,hoardingdiklasifikasikan ke dalam kategori sendiri.
Perilakuhoardingbisa mulai dikenali sejak usia remaja dan semakin parah di usia dewasa atau lanjut, terutama jika penderitanya tinggal sendiri dan enggak ada orang yang dapat membantu.
Perilaku ini lebih umum ditemukan pada mereka yang mengalami gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan ADHD.
Hoardingjuga kerap berkaitan dengan gangguan paranoid, skizofrenia, danavoidantatau kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial.
Gejala dan AlasanHoarding Disorder
Gejala paling jelas dari gangguan ini adalah perasaan enggan atau enggak mampu membuang barang tertentu, serta adanya kecemasan yang kuat saat berusaha melakukan itu.Selain itu, penderitahoarding disorderkerap kali sulit mengkategorikan atau merapikan barang, hingga merasa malu dan 'terkepung' oleh barang-barangnya sendiri.
Pada tahap lebih parah, penderitahoarding disorderkerap dihinggapi rasa obsesif, curiga, dan paranoid saat orang lain menyentuh barang-barangnya.