CewekBanget.ID - Ketika menjadi pekerja muda atau baru saja memasuki dunia kerja, kita pasti lagi semangat banget menjalani hari-hari kerja dan pengin memberikan impresi yang baik buat perusahaan tempat kita bekerja.
Bahkan sering terjadi, pekerja muda masih belum berani minta izin ke atasannya untuk enggak masuk kerja.
Padahal kadang ada keadaan yang enggak bisa dihindari. Salah satunya adalah dilema tanggung jawab keluarga, seperti merawat orang tua yang sudah lansia atau anggota keluarga lain yang membutuhkan perawatan.
Dalam artikel ini kita akan mengambil contoh dengan fokus ke merawat ibu yang sakit di rumah yaa. Nah, ketika itu terjadi, kita pasti akan bingung banget harus melakukan apa.
Sebab, tambahan tanggung jawab ini bisa membuat pekerja jadi enggak fokus. Seperti datang terlambat ke kantor, ada pekerjaan yang terbengkalai, enggak memiliki waktu istirahat yang cukup, pikiran jadi terpecah antara keadaan di rumah dan kantor, dan masih banyak kendala lainnya.
Enggak jarang juga akan muncul pilihan antara mempertahankan pekerjaan kita atau memilih resign untuk fokus menjaga ibu di rumah.
Seperti yang terjadi pada Riska (nama disamarkan) yang merupakan seorang mantan karyawan di Jakarta. Dia menghadapi kondisi ibunya sakit stroke yang melumpuhkan sebagian besar anggota tubuhnya, sehingga harus mendapatkan perawatan di rumah.
Riska merupakan anak perempuan satu-satunya. Kedua kakak dan adiknya laki-laki. Ayah dan ibunya sudah lansia. Di tempatnya bekerja, Riska enggak mendapatkan kebijakan yang bisa meringankan tanggung jawab yang sedang dia hadapi.
Oleh karena itu, Riska akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan merawat ibunya di rumah secara full time.
Memang sangat disayangkan apa yang dialami oleh Riska. Dia jadi terpaksa berhenti bekerja untuk merawat ibunya yang sakit.
Padahal seharusnya ada solusi bagi Riska untuk bisa tetap mempertahankan pekerjaannya sekaligus memenuhi tanggung jawab keperawatan.
Baca Juga: 5 Hal Ini Harus Remaja Pahami Soal Tanggung Jawab Keluarga Merawat Bersama
Jika kamu ada yang mengalami situasi seperti Riska, bekerja dan mengemban tambahan tanggung jawab perawatan, berikut beberapa hal yang bisa kita coba lakukan, girls!
Diskusi ke keluarga soal merawat bersama
Kita perlu berdiskusi dengan anggota keluarga lain soal bagaimana merawat Ibu yang lagi sakit di rumah dengan saling berbagi tugas.
Harus terjadi kesepakatan bersama bahwa merawat Ibu di rumah bukanlah tugas anak perempuan saja, tapi sebuah tanggung jawab bersama dengan anggota keluarga yang lain.
Misalnya anggota keluarga laki-laki kita, ayah, kakak, hingga adik laki-laki, jika mampu dan sehat secara fisik harus saling bagi tugas merawat Ibu.
Dengan begitu, kita bisa membagi waktu yang adil antara merawat Ibu di rumah dan memenuhi kewajiban di tempat kerja.
Diskusikan hal ini ke HRD perusahaan
Rumitnya situasi karena memiliki tanggung jawab untuk merawat Ibu di rumah sangat mungkin mempengaruhi performa kerja kita.
Coba ceritakan kondisi kita ke Human Resources Department, atau HRD perusahaan. Berdiskusilah untuk mencari solusi terbaik. Tanyakan pada perusahaan apakah perusahaan memiliki kebijakan pengaturan kerja yang fleksibel.
Kita bisa merundingkan berbagai macam jalan keluar, seperti work from home atau WFH, ganti hari masuk, atau penyesuaian jam kerja, yang masih dapat dilakukan sesuai tanggung jawab kerja kita.
Perusahaan sendiri sebenarnya bisa mendukung kebutuhan pekerja agar produktivitas kita sebagai pekerja tetap stabil.
Baca Juga: 5 Toxic Self Care yang Berbahaya dan Malah Merusak Diri Sendiri
Salah satunya adalah kebijakan work from home dalam periode tertentu, atau dengan ketentuan yang disepakati bersama. Dengan catatan kita tetap maksimal menyelesaikan pekerjaan, meski dari rumah.
Apalagi jika waktu yang terpakai untuk perjalanan pulang pergi kantor-rumah cukup berarti untuk tanggung jawab keperawatan kita.
Contoh: Kita berkantor di Jakarta, tinggal di Bogor, dan kebagian merawat Ibu di rumah tiap hari Jumat. Lalu, sehari-hari kita menghabiskan waktu total 3 jam untuk perjalanan pulang pergi.
Maka harapannya, kantor bisa memberikan solusi untuk WFH tiap Jumat, sehingga di hari itu kita enggak perlu ke kantor dan punya lebih banyak waktu menjaga Ibu.
Tentu saat ini enggak semua perusahaan bisa memberikan kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan oleh setiap karyawan terutama pada pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Di sinilah peran perusahaan untuk berinvestasi pada kebijakan cuti dan layanan perawatan jadi sangat penting untuk dapat mendukung layanan perawatan anggota keluarga
Berdasarkan Risalah ILO, ada kebutuhan mendesak untuk mempercepat kemajuan dan berinvestasi dalam keperawatan mengingat tugas perawatan secara tidak proporsional menjadi tanggung jawab perempuan semata.
Kerja perawatan sebaiknya dibagi secara seimbang dengan anggota keluarga lain, termasuk laki-laki.
Perusahaan dapat berkontribusi untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan menerapkan kebijakan pengaturan kerja fleksibel untuk tetap mempertahankan produktivitas pekerja perempuan yang kompeten dan memastikan mereka tetap dapat berkarya di tempat kerja.
Kebijakan cuti berbayar untuk perawatan jangka panjang anggota keluarga dan pengaturan kerja fleksibel (WFH, teleworking, pengaturan waktu, dll) merupakan salah satu upaya untuk tetap menjaga produktivitas dan mempertahankan pekerja yang kompeten dapat secara seimbang membagi peran tanggung jawab pekerjaan dan keluarga.
Early Dewi Nuriana, staf proyek untuk Ekonomi Perawatan, Organisasi Perburuhan Internasional ILO menekankan bahwa Konvensi ILO no. 156 tentang Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, mendorong perusahaan untuk mengidentifikasi kebutuhan pekerja dengan tanggung jawab keluarga, dan memfasilitasi dialog sosial antara karyawan dan manajemen perusahaan untuk menyepakati kebijakan yang dapat diterapkan memastikan peran seimbang sebagai pekerja dan anggota keluarga.
Baca Juga: Tips Berani Bermimpi dari Dian Sastrowardoyo dan Amanda Simandjuntak #6eYourSelf
Diskusi dengan serikat pekerja
Berdasarkan laman dpr.go.id, serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan, melindungi, dan membela kepentingan dan kesejahteraan pekerja/buruh beserta keluarganya.
Enggak hanya itu, tujuannya adalah untuk mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan.
Jadi ketika diskusi dengan HRD perusahaan enggak berjalan dengan baik, atau belum menemukan solusi yang tepat, kita bisa coba minta bantuan dan diskusi dengan serikat pekerja.
Serikat pekerja nantinya akan bisa memberikan saran, sampai mendampingi kita untuk bisa berkomunikasi dengan perusahaan. Bahkan bersama dengan serikat pekerja/buruh kita bisa merundingkan bersama dengan perusahaan, kebijakan perusahaan yang mengakomodir kebutuhan pekerja seperti kamu yang juga memiliki tanggung jawab perawatan.
Mencari bantuan dengan mempekerjakan pekerja perawatan
Kita juga bisa mempekerjakan pekerja perawatan, atau caregiver, jika memang memiliki dana yang cukup.
Tentunya kita harus mengakui bahwa pekerja perawatan adalah suatu profesi yang bernilai sesuai dengan skill-nya. Jadi kita enggak bisa sembarangan memberikan upah rendah kepada pekerja perawatan, karena gaji bahkan tunjangan mereka juga harus jelas dan sesuai.
Lalu, kita sebagai pemberi kerja juga harus memberikan kebijakan cuti yang tepat, karena itu adalah hak mereka sebagai pekerja.
Jadi sama kok, kita yang bekerja di kantor maupun pekerja perawatan yang membantu kita, harus mendapatkan hak dan kewajiban yang sesuai.
Itu dia beberapa hal yang perlu dilakukan kalau kita adalah seorang pekerja dan punya tanggung jawab tambahan dalam kerja perawatan.
Fyi, tanggal 29 Oktober adalah Hari Internasional untuk Perawatan dan Dukungan (International Day for Care and Support).
Artikel ini adalah bagian dari peringatan hari internasional dari PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) tersebut yang pertama kali diperingati pada tahun ini.
Semoga informasi dalam artikel ini bermanfaat buat kamu yaa, girls!
Baca Juga: Quotes Memperingati Hari Buruh, Bisa Buat Status Media Sosial!
(*)
Source | : | Dpr.go.id,International Labour Organization |
Penulis | : | Indah Permata Sari |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR