"Kata siapa?" senyum tengilnya muncul lagi.
"A-a-aatchhiih-nak-anak."
Ryan enggak menjawab. Aku pura-pura sibuk ngeliatin hujan yang terasa lebih indah dari biasanya. Sama Ryan di sini, semuanya jadi beda. Rintiknya, hembusan anginnya, wangi tanahnya....
Dan seketika aku merasa jauh lebih hangat. Aku juga bisa mendengar suara Ryan yang lembut dan dalam berbisik di telingaku.
"Gue enggak pergi kemana-mana kok. Gue di sini." Senyum tengil itu sekarang hanya beberapa senti di depan wajahku. Tangan Ryan bersama dengan jaketnya yang hangat melingkar di tubuhku yang mulai menggigil.
(oleh: Desi D. Wahyuni, foto ilustrasi: tumblr.com)