Meski sore, masih ada beberapa orang yang berada di sekolah. Mereka anak klub basket yang akan mengikuti pertandingan minggu depan. Mereka sedang latihan di lapangan.
Diam-diam, aku melihat mereka yang sedang latihan. Mataku segera terpaku pada sosok tak begitu tinggi dan bertubuh kurus yang tengah menerima operan bola. Keringat menetes di lehernya. Ia men-dribble bola dengan lincah dan melakukan lay-up. Bola berputar sebentar di ring. Semua orang menunggu dan... plash! bolanya masuk! Ia tertawa sambil setengah melompat. Aku ikut tersenyum melihatnya.
Kuputuskan untuk duduk sebentar, melihat pertandingan basket. Aku duduk di bangku semen di bawah pohon.
Mataku terus menatap Denis. Kausnya bersimbah keringat. Meski demikian, ia tetap riang berlatih, seperti tak merasa lelah sama sekali.
Sayang sekali dari tempatku duduk, aku tak bisa leluasa mendengar suaranya. Padahal selama setahun ini aku terus mengidolakan suara merdunya. Suara yang membuat jantungku terus berdebar. Suara yang sangat kusukai.
"Eh, awas!"
Teriakan itu menyadarkanku dari lamunan. Aku mendongak. Sebuah bola basket melayang tepat ke arahku.
Bugh! Bola itu menghantam wajahku, hingga kacamataku terlepas dan pecah. Kepalaku pening. Rasanya ada cairan yang keluar dari hidungku. Saat mengelus hidung, aku melihat darah. Mataku berkunang-kunang. Tanpa sadar aku ambruk ke tanah.
"Nis, gila lo, bikin orang pingsan! Tanggung jawab lo!"
"Serius, gue enggak sengaja!"
Samar-samar aku merasakan tubuhku terayun-ayun.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR