"Papi mami mana?"
"Lagi ke kondangan. Eh, tumben amat, sih, lo basa basi segala? Biasa juga langsung teriak-teriak manggil mami."
"Dih, emang enggak boleh kalo sekali-sekali gue nanya ke lo dulu?"
Ryan enggak mempedulikan gue dan kembali asyik dengan gitarnya. Gue jadi bingung mesti mulai nanya dari mana, tapi rasanya pengin banget cepat-cepat menyelesaikan tugas ini. Biar hidup gue bisa lebih tenang, enggak perlu dengar rengekan Tia tiap hari.
"Yan, lo tau Tia, enggak?"
Ryan mengangkat pandangannya ke gue.
"Yang rambutnya suka diiket satu dan poninya kayak Dora?"
"Iya! Sekarang gue lagi deket ama dia, nih. He-he-he."
Ryan kembali asyik dengan gitarnya, sama sekali enggak memberi respon yang berarti.
"Hmm.... Tia ini anaknya baik banget, deh. Waktu tugas kimia kan gue sekelompok ama dia. Dia ngebantuin untuk ngerjain tugas bagian gue, loh. He-he-he."
"Itu mah dia bodoh aja mau bantuin lo."
Gue hampir mau membalas nyolot kalau enggak inget tugas gue dari si Tia dan makan siang gratis.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR