"Anywaaayyy, selain baik, Tia ini juga pinter masak, cantik dan pinter. Eh iya, suaranya Tia bagus, loh. Kalau lo main gitar sambil ngiringin dia nyanyi, pasti...."
Gue terdiam karena Ryan menaruh gitarnya ke lantai dan menatap gue tajam.
"Trus? Dia pasti cocok banget jadi cewek gue dan gue pasti enggak akan nyesel kalo pacaran sama dia?"
"Err.... Nggak! Gue enggak berencana ngomong gitu, kok."
Ryan menaikkan salah satu alisnya dan memberi tatapan skeptis.
"...OKE. Tia minta tolong gue. Dia nanya lo suka apa enggak sama dia."
Ryan menghela napasnya dan kembali main gitar. Kentara banget dia males meladeni gue.
"Yan? Jadi gimana? Lo suka dia, enggak?"
Yang ditanya tetap memainkan gitar seakan-akan enggak mendengar pertanyaan gue.
"Jawab dong. Suka atau enggak?"
"Atau."
"Ih basi banget, sih, jawab begitu. Mmm....gue kasih pilihan, deh. Pertama, lo suka. Ke-dua, lo enggak suka. Ke-tiga, lo lumayan tertarik tapi belum yakin mau jadiin dia pacar lo. Ke-empat, lo enggak suka tapi enggak mau memberi jawaban pasti karena lo mau mempertahankan fans. Yang mana, hayo?"