"Di mana Dara, Yuri, dan Sazy?"
"Syukurlah kamu enggak hilang ingatan," ledek Vino. Narsha tersenyum. "Kamu jangan banyak pikiran dulu. Mereka udah mendingan. Kamu yang paling gawat. Sejak kecelakaan itu, kamu koma dan sekarang baru boleh dijenguk dan baru sekarang juga kamu sadar."
"Memangnya sekarang hari apa?" tanya Narsha.
"Minggu. Tepatnya, malam Senin."
"Hah?" Narsha terkejut, namun seketika ia kembali normal.
"Oh iya, Papa dan adik kamu udah pulang. Mama kamu udah tidur di sofa. Ini udah jam satu lewat soalnya. Sedari tadi kamu ditungguin, tapi enggak sadar-sadar," lanjut Vino.
"Oh. Maaf." Mata kedua remaja itu bertemu sambil tersenyum. "Vin, kemarin, kamu ngapain aja sama Sani?" Narsha mencoba bertanya. Ia ingin memastikan benar tidaknya apa yang ia lihat waktu itu. Vino terlihat terkejut. "Malam itu, aku datang Vin. Aku memenuhi janjiku untuk datang malam itu. Tapi, kamu enggak bisa ngeliat aku," lanjut Narsha.
"Maksud kamu...kamu datang, tapi aku enggak bisa ngeliat kamu.... Maksudnya?"
"Kenapa kamu enggak bisa mencerna omongan aku, sih? Kamu enggak percaya?"
"Kamu, kamu bercanda, kan? Kamu masih di tempat kecelakaan waktu itu, Narsha." Vino masih heran tidak percaya.
"Aku serius Vino. Benar kan kamu kemarin sama Sani?" tanya Narsha lagi.
"I...iya. Tapi, cuma sebentar. Sani kebetulan melihatku waktu itu. Berarti kamu ngeliat aku sama Sani malam itu, Sha?" tanyanya masih dengan wajah tidak percaya. "Tapi, kamu enggak cemburu, kan?" ledek Vino.
"Vino apaan, sih," Narsha berubah manja. "Aku kira itu juga mimpi. Ternyata enggak, ya." Narsha masih menyimpan tanda tanya tentang Vino dan Sani. Sementara Vino masih berkelahi dengan pikirannya dan dengan apa yang baru saja ia dengar. "Mawarnya, untuk Sani, ya?" lanjut Narsha ingin menghentikan rasa penasarannya.
"Hah? Kamu liat juga? Astaga. Aku masih enggak percaya Sha." Vino terdiam. Narsha tidak pernah berbohong padanya. "Ini mawar yang kamu lihat?" Vino mengambilnya dari atas meja. Narsha mengangguk. "Ini buat kamu. Herannya, mawar ini masih segar."
Narsha mengambil mawar putih itu dan tersenyum senang. Vino mengambil kotak musik yang ingin diberikannya juga pada Narsha. "Kamu lihat ini juga?" tanya Vino.
Narsha mengangguk. Vino membuka kotak musik yang dipegangnya dan sebuah melodi keluar dari kotak itu. Musik favorit Narsha dan Vino terdengar lembut di ruangan sepi itu. Canon. Musik yang diperdengarkan Narsha pada Vino saat pertama kali mereka bertemu.
Narsha dan Vino saling menatap. Saling tersenyum. Hidup kita tidak ada yang tahu.
(Oleh : Nurul Aviva Purnamawanti, foto: flickr.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR