Adif sedang melihat Narsha. Walau hanya sedikit dan samar-samar, Narsha dapat melihat senyuman Adif yang sering Adif berikan pada Narsha dulu. Setelah itu, Adif melangkah pergi. Narsha memanggil Adif berkali-kali sambil mengejarnya dengan cepat. Namun, lari Adif lebih cepat. Narsha terus memanggil. Dan tiba-tiba muncul sinar putih yang sangat menyilaukan. Narsha melihat kakaknya hilang dalam sinar itu. Dan Narsha hanya melihat seberkas cahaya putih yang menyilaukan matanya.
"Kak Adif.... Kak Adif...." Suara Narsha terdengar lemah dan serak. Pandangannya samar-samar.
"Narsha...." terdengar lembut suara Vino menjawab suara Narsha sambil menggenggam tangan kanan Narsha dengan kedua tangannya.
"Kak Adif...."
"Narsha, Kak Adif udah enggak ada, Sha."
"Tapi...tadi aku lihat Kak Adif, Vin."
"Kamu pasti mimpi Kak Adif, kan? Dari tadi, kamu manggil Kak Adif terus."
"Vin. Apa aku masih hidup?" tanya Narsha dengan penuh harap.
"Kamu bicara apa, Narsha? Apa kepala kamu terbentur sangat keras tadi? Kamu masih hidup, Sha." Vino menjawab dengan nada lembut bercampur heran.
Alhamdulillah. Ya Allah, begitu baiknya Kau padaku, memberikan aku kesempatan untuk hidup lagi setelah semuanya terasa hilang. Narsha membatin.
"Ini di mana?" tanya Narsha sambil melihat-lihat seisi ruangan.
"Di rumah sakit."
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR