Rico memutar bola matanya lucu. "Hmmm...kasih tahu enggak, ya? Aku, memang lagi naksir cewek, sih."
Dan seketika itu juga, pandanganku kabur. Air mataku mulai menetes keluar, disusul dengan terpaan dari Rico yang kebingungan. Hatiku, terasa sakit. Perih. Hampa.
***
"Wahhh Lit, akhirnya jadian juga! Perjuangan si Jason ngejar kamu enggak sia-sia dong, ya?" May, sahabat dekatku merangkulku dengan senang. Sejak awal Jason mendekatiku 3 tahun yang lalu, ia memang sudah mendukung Jason secara full, penuh, seratus persen.
Aku tersenyum lirih. Sebenarnya, kalau mau jujur, perasaanku pada Jason datar saja. Alasanku menerima-nya mungkin karena...orang yang kusukai ternyata menyukai orang lain? Aku tak tahu. Aku hanya merasa sedih. Kau tahu, kan, siapa.
Sepulang sekolah, seperti biasa, aku diantar pulang dengan Rico. Walaupun Jason sekarang resmi menjadi pacarku-aku bahkan tak mengerti apa itu tugas seorang pacar-Rico dan Jason bersahabat dekat dan Jason tidak masalah Rico mengantarku. Apalagi, semua orang tahu bahwa hubunganku dengan Rico hanyalah sebatas teman biasa. Ralat, sahabat biasa.
"Gimana kabar pangeranmu?" Suara Rico beradu dengan suara deru motor dan angin yang bertiup kencang. Entah mengapa, angin siang itu terasa menusuk sekali di tulangku.
"Apa?" Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. "Pangeranku?"
Rico tertawa. "Jason maksudku."
Aku menjawab dengan ceria. "Baik."
Rico kembali tertawa. "Aku sedang patah hati."
Aku mengerenyit bingung. "Dengan...cewek yang kamu suka waktu itu?"
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR