"Apa?" aku bertanya bodoh pada teman sebangkuku itu.
"Kamu masih ingat Ilouka kan? Teman yang tadinya duduk di belakang kita." Kara membelalakkan matanya yang bulat penuh, Hhh..Kara sih sudah cantik. Mau matanya juling atau melotot, tetap saja cantik.
"Ingatlah. Oh, iya, Ilouka gimana kabarnya ya sekarang?" aku membalikkan pertanyaan yang seharusnya diperuntukkan untukku. Kara lagi-lagi membelalakkan matanya dengan gaya dramatis.
"Itu yang tadi aku tanyain ke kamu. Ilouka apa kabarnya.." Ia menatap papan tugas yang sudah terisi penuh oleh kata-kata seperti, '55 hari goes to UN' atau '1 hari menuju SIMAK UI'.
"Yah... Mana aku tahu. Akhir-akhir ini kan kita sibuk buat persiapan ujian akhir. Lagipula Ilouka sendiri enggak mau kita jenguk." Aku menjawab pertanyaan Kara sambil bertopang dagu. Sayup-sayup terdengar suara bel berdentang nyaring. Tanda pelajaran hari ini siap dimulai.
"Sebenarnya Ilouka sakit apa, sih? Kenapa sampai empat minggu belum masuk-masuk juga?" Kara ikut bertopang dagu seperti aku. Sekeliling kami sudah terisi oleh penghuni kelas.
"Entah ya, habis dia enggak mau dijenguk sama kita. Moga-moga aja dia cepat sembuh biar bisa ikut SIMAK UI. Dari dulu kan cita-cita dia jadi lulusan FK UI." Aku tertawa geli mengingat obrolan "konyol-konyolanku" dengan Ilouka. "Wah...Cita-citaku tuh jadi dokter anak. Tapi aku maunya jadi dokter lulusan FK UI! Biar bisa banggain Ibu sam Ayah. Supaya semua teman-teman sama keluarga aku bisa berobat gratis ke aku. Kalau Caca mau masuk mana nanti?"
"Hahahh. Aku mau jadi insinyur mesin! Teknik mesin UI. Emangnya Cuma cowok aja yang bisa main-main sama mesin? Nanti kalau anak aku sakit dokter Ilouka yang periksa anak aku. Dan aku bakalan captain robot yang bisa jadi asistennya dokter. Sampel pertama robot ciptaanku itu bakal aku kasih special buat kamu."
"Aku setuju sama ide Insiyur msin Caca, ha..ha..ha.."
Dan sekarang, malah Ilouka yang terbaring sakit sampai satu bulan lamanya. Padahal kan dia yang cita-citanya jadi dokter.
"Kita jenguk Ilouka hari ini, yuk!" Kara tiba-tiba mencetuskan ide yang menurutnya amat sangat bombastis.
"Hari ini? Enggak, ah... Besok aja habis SIMAK UI. Hari ini aku mau les sampai jam sembilan malam ." Dengan spontan aku menolak rencana kami tersebut. Bukannya jahat, tapi aku kan tidak mau cita-citaku masuk UI gagal karena menjenguk teman yang entah sakit apa.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR