Girls, pasti kita sudah tahu dong tentang kasus Top 'BIGBANG' yang ditemukan bersalah telah mengonsumsi ganja dan akhirnya terpaksa dikeluarkan dari program wajib militer yang dia jalani.
Kesalahan yang dilakukan TOP ini enggak hanya memberikan ancaman ganjaran hukum dan harus mengulang wajib militer.
Cowok kelahiran 4 November 1987 ini pun jadi bahan bully dan hujatan parah para netizen di Korea.
Mereka menghujat TOP atas perbuatannya tersebut.
TOP memang salah karena telah melanggar hukum mengonsumsi ganja, namun bully dan hujatan netizen dari netizen bisa dikatakan sangat berlebihan.
Menghadapi semua tekanan ini, bahkan bully-an dari netizen atau haters tentu saja enggak mudah.
TOP pun diduga mengalami depresi berat dan hari ini, Selasa (6/6) ditemukan tidak sadarkan diri.
Dia langsung dilarikan ke ICU dan menurut pihak YG Entertainment, TOP mengalami overdosis karena mengonsumsi terlalu banyak obat.
Fans dan netizen pun banyak yang berspekulasi kalau dia mencoba bunuh diri atau melakukan ini karean mengalami depresi yang sangat gawat.
Melihat hal ini, ada baiknya sebagai netizen kita belajar lebih bijak dalam mengomentasi kasus yang sedang dihadapi seseorang.
Khususnya seleb yang hidupnya enggak pernah lepas dari sorotan.
Karena komen dan kata-kata kita bisa jadi mensugesti mereka yang sedang mengalami depresi untuk melaukan tindakan berbahaya terhadap diri mereka, termasuk bunuh diri.
Jadi atas saran psikolog Irna Minauli, ada 4 alasan kita sebagai netizen dilarang keras melakukan cyber bullying, bukan hanya untuk kasus TOP tapi dalam berbagai kasus lainnya.
(Lihat di sini 3 Tindakan Cyber Bullying Yang Tanpa Sadar Suka Kita Lakukan)
Kondisi Psikis Semakin Menjauh
Menurut psikolog Irna Minauli, bullying harus dihentikan. Alasannya, kondisi psikis kita akan semakin drop kalau terus-terusan di-bully massa.
"Ya, tentu saja setiap bentuk bully harus dihentikan, termasuk cyber bullying juga harus dihentikan
Karena banyak kasus yang terjadi di Amerika, remaja yang menjadi korban cyber bullying banyak yang melakukan bunuh diri. Mereka enggak tahan dengan informasi yang begitu cepat menyebar di internet," katanya.
Psikolog dari Minauli Consulting ini menjelaskan, korban bullying biasanya adalah seseorang yang memiliki karakter "ter", terbodoh atau terpintar, terjelek atau tercantik, termiskin atau terkaya.
Dan, melihat dari penampilan awal korban, nampak bahwa ia memiliki potensi untuk dijadikan korban bullying. Sebab, enggak semua orang memiliki kecantikan dan kemewahan seperti yang dimilikinya.
Tapi tentu saja, bukan hanya remaja yang bisa mengalami depresi karena cyber bullying.
Siapan pun bisa langsung depresi kalau mengalami cyber bullying yang begitu berat.
Penulis | : | Aisha Ria Ginanti |
Editor | : | Aisha Ria Ginanti |
KOMENTAR