(Baca juga: 3 pemahaman salah soal perkosaan dan kenapa cewek banyak disalahkan)
Kesulitan Ekonomi & KDRT
“Kita akhirnya tinggal bareng, tapi dia masih enggak berubah. Aku yang awalnya di rumah enggak kerja apa-apa, sekarang semuanya harus urus sendiri. Aku kan pemalu, jadi buat berbaur sama tetangga gitu merasa canggung. Tapi akhirnya aku coba usaha sendiri, apalagi dia sempat enggak kerja setahun. Aku bahkan sampai menjual kalung hadiah ulang tahun dari orangtuaku.
Kalau aku ada uang, suka diambil sama dia, padahal niatnya untuk anakku. Pokoknya bener-bener susah, deh. Saking stresnya, berat badanku sampai 39 kg aja. Aku juga mengalami KDRT. Aku pernah melawan sekali, tapi dia malah ngadu ke orangtuanya. Orangtuanya ngomong ke orangtuaku dan aku yang kena jadinya.
Trus, dia kembali mukul aku, nendang juga. Anakku juga pernah jatuh. Aku diam aja karena pengalaman sekali itu. Akhirnya aku enggak tahan dan pulang ke rumah. Eh dia enggak jemput aku. Akhirnya kita mutusin untuk cerai. Setelah itu, aku mencoba buat menata hidupku lagi. Aku kembali kuliah dan sekarang aku bekerja sebagai guru. Aku masih sedikit trauma, gimana kalau murid-muridku tahu?
Aku juga mempersempit pergaulan karena malu kalau ketemu orang, termasuk sama saudara yang kecewa sama aku. Namun, setelah pisah aku enggak pernah sedih sudah kehilangan dia. Aku harus survive, karena jadi single parent itu tabu di sini. Orang-orang di sini mendesakku buat menikah lagi, tapi untungnya ibuku mendukungku untuk kuliah lagi.”
(Baca juga: kepribadian cowok saat jadi pacar menurut urutan kelahiran)
Pentingnya Sex Education
Sex education, terutama di usia remaja, itu memang penting banget. Karena dengan demikian, kita jadi tahu mana yang benar dan boleh untuk dilakukan, juga sebaliknya.
Kita bisa membentengi diri dengan ilmu dan pengetahuan, sehingga enggak tertipu. “Aku merasa tertipu karena enggak tahu apa-apa. Karena itu, aku merasa penting banget kita paham soal sex education, setidaknya untuk melindungi diri kitalah. Jangan sampai deh kejadian kayak aku,” tutup D.
Dengan mendapatkan sex education, kita jadi lebih paham soal kekerasan seksual. Karena mungkin saja apa yang terjadi pada D akan terjadi pada kita, dikarenakan minimnya pemahaman akan hal ini.
Sedihnya, pelaku kekerasan seksual enggak hanya melibatkan orang asing, karena kadang pelakuknya mungkin saja orang terdekat dengan kita, yaitu pacar. Komnas Perempuan di tahun 2011 dulu mencatat sebanyak 1405 kasus kekerasan seksual dalam pacaran. Sayangnya, jumlah ini meningkat.
Di tahun 2014, tercatat ada 1748 kasus kekerasan seksual dalam pacaran. Sedangkan Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNICEF, 1,5 juta remaja Indonesia mengalami kekerasan seksual dalam waktu satu tahun terakhir. Untuk melihat fakta-fakta menyedihkan soal pelecehan dan kekerasan seksual di usia remaja, bisa dilihat di sini.
Dampak kekerasan seksual seperti pemerkosaan sangatlah mengerikan dan mengancam masa depan korban. Sebab, kekerasan seksual merusak fisik (cacat, kematian), psikis (depresi, trauma), seksual (rusaknya organ seksual) dan relasi sosial (pengucilan, dampak dari stigamtisasi).
Selain itu, juga mempengaruhi pendapatan ekonomi dan pendidikan korban kekerasan seksual. Lihat di sini untuk membaca fakta menyedihkan soal kekerasan seksual dalam pacaran.
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR