Yang kemudian aku enggak sangka, efeknya berkepanjangan.
Dia mulai berani menoyorku kalau lagi kesal, menampar, dan mencengkeram lenganku dengan kuat. Saat itu aku masih mikir ‘ya udah lah’ dan membiarkannya. Itu bodoh banget, karena seharusnya jangan dibiarkan.
Aku pernah minta putus, tapi dia mengancam akan menyakiti hingga membunuh teman-temanku bahkan anggota keluargaku. Hal yang membuat aku menarik kembali ucapanku meskipun dia ketahuan selingkuh dua kali dengan temanku sendiri. Aku tetap memilih bersamanya.
(Baca juga: Cemburu Itu Wajar, Tapi Jangan Sampai Menyakiti Orang Lain Apalagi Teman Sendiri)
Dikurung dalam kamar
Hingga suatu hari, saat aku lagi main ke rumahnya, aku dikurung di kamarnya dan enggak boleh ke kampus hanya karena dia cemburu dengan satu orang temanku di kampus.
Pernah juga dia mengancam akan memukulku dengan tongkat baseball. Sayangnya ketika aku mengadu ke ibunya, ibunya malah membelanya.
Hal itu terus berlanjut, dia melarang aku bergaul dengan cowok, selalu mengecek handphone-ku, dan bilang kalau aku lemah. Aku jadi enggak percaya diri dan merasa lemah beneran.
Sampai akhirnya suatu hari, saat terlibat sebuah pertengkaran, dia menjedotkan kepalaku ke tembok hingga darah mengucur deras padahal keesokan harinya aku harus mengikuti UTS di kampus.
Di situlah aku tersadar, semua harus dihentikan. Dia memang minta maaf bahkan menyakiti dirinya sendiri supaya aku iba, sayangnya aku sudah tidak peduli saat itu.
Teman-temanku yang membuat aku bisa terlindung darinya, mereka menjagaku supaya aku enggak ketemu lagi dengan mantanku tersebut. Meski setiap hari, dia terus menerorku.
Akhirnya aku pun berani menceritakan kepada keluargaku dan aku rasa enggak akan bisa sembuh tanpa dukungan orang-orang terdekatku.
Penulis | : | Debora Gracia |
Editor | : | Debora Gracia |
KOMENTAR