14 Februari 2018, sebagian orang di dunia merayakan Valentine’’s Day, sebagian lainnya berduka, khususnya murid-murid di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, Amerika Serikat.
Tepat di hari yang semestinya dirayakan sebagai hari kasih sayang, mereka malah menghabiskannya dengan ketakutan dan perasaan terancam. Tujuh belas siswa meninggal dunia akibat ditembak secara massal oleh mantan siswa di sekolah tersebut.
Banyak yang mengecam kasus ini, berikut juga kecaman terhadap pembuat kebijakan di Amerika Serikat. Salah satunya yang berani menyuarakan kecamannya tersebut adalah Emma Gonzales yang juga merupakan penyintas dalam kasus penembakan massal tersebut.
Di umurnya yang masih 18 tahun, Emma menjadi salah satu aktivis paling nyata menyuarakan kecamannya terhadap kekerasan senjata api di Amerika Serikat. Dia juga menjadi salah satu nama di balik March For Our Lives yang diadakan Sabtu, 24 Maret 2018 di Washington DC.
Apa sih yang sebenarnya diperjuangkan oleh Emma? Yuk, kenalan lebih lanjut sama Emma Gozales, cewek keren di balik March For Our Lives yang mengecam kekerasan atas senjata api di Amerika Serikat.
(Baca juga: 7 Pidato Paling Inspiratif dari March For Our Lives 2018)
Berbicara di depan spokeswoman NRA, Dana Loesch
Di tanggal 23 Februari lalu, Emma sempat berpidato menyuarakan kecamanannya terhadap kekerasan senjata api yang kerap terjadi di Amerika Serikat sampai akhirnya membuat dia kehilangan sahabat-sahabatnya di sekolah.
Pidato ini menjadi viral dan mendapat perhatian dari berbagai kalangan hingga selebriti seperti Laverne Cox dan Zendaya.
Setelah pidatonya di Fort Lauderdale itu, Emma juga berbicara kepada Dana Loesch, spokeswoman dari NRA (National Riffle Association). Mengatakan soal keberatannya dengan organisasi tersebut.
Memprioritaskan pemilihan umum
Emma beserta teman-temannya menjadikan pemilihan umum Amerika Serikat yang akan diselenggarakan tahun ini menjadi prioritas utamanya.
“Kita mencoba memastikan bahwa calon-calon yang akan kita pilih tidak didukung oleh NRA di pemilihan umum nanti,” kata Emma. “Ini adalah statement kuat. Kita tidak ingin orang-orang itu mengendalikan kita. Kita lah yang seharusnya mengendalikan mereka, bukan sebaliknya, dan ini sangat menakutkan.”
March for Our Lives
Bersama dengan remaja-remaja dari Parkland lainnya, Emma memprakarsai March for Our Lives di tanggal 24 Maret di Washington, DC lalu, serta kota-kota lain yang akan segera menyusul.
Ratusan ribu orang turut serta dalam pawai ini menuntut pengetatan kepemilikan senjata api. Selain itu, aksi ini juga telah menarik donasi lebih dari 2 juta dolar, termasuk sumbangan dari George dan Amal Clooney, serta Oprah Winfrey.
Enggak mau kehilangan momentum
Sejak kasus penembakan yang terjadi di bulan Februari lalu, Emma tidak ingin kehilangan momentum. Ia tidak ingin orang-orang melupakan kejadian tersebut dan kemudian tidak peduli lagi dengan kekerasan yang disebabkan oleh senjata api.
Dengan menyuarakan misinya tersebut dari satu media ke media lain, ia berusaha meyakinkan banyak orang bahwa isu ini penting dan butuh perhatian.
“Aku berlomba dengan orang-orang yang perlahan-lahan mau melupakannya,” kata Emma. “Selebriti-selebriti yang mau berbicara dengan kami, mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Aku ingin mempergunakan platform yang mereka miliki untuk memengaruhi lebih banyak orang lagi. Sekecil apapun itu membantu.”
Hanya permulaan
“Motivasi kita adalah milik satu sama lain,” ucapnya. “Setiap orang telah memberikan argumen yang luar biasa. Kita saling memberi inspirasi, kita membuat kesedihan yang kita rasakan pada teman-teman kita sebagai sebuah dorongan. Kita akan serius memperjuangkan isu ini, karena hal itu lah yang kita tahu.”
Perjuangan Emma dan teman-temannya belum selesai. Baginya, March for Our Lives bukan klimaks dari gerakan mereka, tapi hanya permulaan. Cewek yang ingin melanjutkan sekolahnya di New College of Florida ini akan terus berjuang menyuarakan misinya.
(Baca juga: Selain Penembakan di Florida, Ini 4 Kasus Penembakan di Sekolah di Amerika Lainnya yang Mengejutkan)
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR