CewekBanget.ID - Pernahkah terlintas di pikiran kita, bagaimana kita bisa mencapai titik hidup tempat kita berada saat ini?
Beberapa orang memiliki pemikiran tersebut dan malah cenderung meremehkan dan menghina diri sendiri karena menganggap segala pencapaian yang mereka dapatkan saat ini hanya berasal dari keberuntungan atau belas kasihan orang lain.
Pola pikir seperti itu adalah bagian dari imposter syndrome atau sindrom penipu.
Imposter syndrome adalah kondisi ketika kita meragukan kemampuan diri kita sendiri, merasa menjadi penipu dengan membuat orang lain bangga atas hal yang kita anggap bukan hasil kerja keras kita sendiri, dan percaya bahwa pencapaian kita hanya bermodalkan keberuntungan alih-alih usaha.
Kondisi ini merupakan masalah kesehatan mental yang dapat mempengaruhi kehidupan kita di bidang karier hingga kehidupan pribadi dan hubungan dengan orang lain.
Kebiasaan memandang rendah terhadap diri sendiri membuat kita kerap minder hingga sulit mengakui kesuksesan yang kita raih.
Biasanya imposter syndrome juga membuat kita sulit menerima pujian, kerap mencela diri sendiri, hingga membenci diri sendiri.
Lantas, kayak gimana sebaiknya kita mengatasi sindrom yang satu ini?
Baca Juga: Sulit Menerima Pujian dan 4 Tanda Kita Mengalami Imposter Syndrome!
Tetapkan Tujuan yang Realistis
Kita bisa jadi mudah kecewa terhadap diri sendiri karena enggak dapat mencapai suatu tujuan, padahal tujuan yang telah kita tetapkan itu memang pada dasarnya sulit diraih.
Jadi sebaiknya mulailah dengan menetapkan tujuan kecil tapi realistis terlebih dulu.
Daripada langsung melompat ke tujuan besar, bangun langkah-langkah kecil menuju rencana besar kita di masa depan.
Ini juga akan membantu kita lebih mengapresiasi diri sendiri atas setiap usaha yang kita lakukan.
Baca Juga: Apa Itu Impostor Syndrome yang Dialami Seo Dal Mi di 'Start-Up'?
Hindari Lingkungan Toxic
Jangan-jangan, kita mengalami sindrom penipu gara-gara pengaruh lingkungan yang toxic.
Hal enggak sehat yang bisa dilakukan orang-orang di sekitar kita antara lain selalu mengkritik, mengejek, dan meremehkan kita, sehingga kita merasa diri sendiri enggak pantas mendapatkan hal baik atau pencapaian.
Cara yang paling tepat untuk menyembuhkan diri kita dari kecenderungan untuk membenci diri sendiri adalah lewat memutuskan hubungan dengan orang-orang yang toxic dan enggak dapat menghargai kita.
Baca Juga: Marion Jola Punya Sindrom MPO yang Bikin Dia Dulu Sering Di-Bully
Belajar Menerima Pujian
Orang dengan imposter syndrome kerap mengalami kesulitan untuk menerima pujian, bahkan meskipun pujian tersebut tulus diberikan, karena merasa orang lain hanya berusaha menghibur kita.
Ketika kita memiliki imposter syndrome, pujian justru membuat kita merasa malu, marah, atau enggak nyaman.
Mulai sekarang, ubah pola pikir kita dan belajarlah untuk lebih dapat menerima pujian, ya.
Kita bisa mencoba mempraktekkan skenario yang membentuk situasi ketika kita mendapat pujian bersama teman, agar kita dapat memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menerima sanjungan tersebut alih-alih tersinggung atau menghina diri sendiri.
Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Imposter syndrome membuat kita semakin mudah terjebak dalam situasi yang membuat kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Padahal ini hal yang enggak perlu banget, deh!
Bukannya membuat diri kita semakin produktif, kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain justru bikin nyali kita ciut dan muncul dorongan untuk menyerah duluan.
Daripada fokus pada hal-hal seperti itu, alihkan perhatian kita pada kesuksesan yang kita raih sendiri dan sadari bahwa kita dapat mencapai titik ini bukan karena kebetulan belaka.
Konsultasi dengan Ahli
Kalau sindrom penipu yang kita alami begitu sulit hilang dan semakin mengganggu pola pikir kita secara keseluruhan, enggak ada salahnya kita meminta bantuan kepada ahli, misalnya psikolog.
Pasalnya, bukan cuma soal memberikan kata-kata positif kepada diri sendiri, imposter syndrome bisa mempengaruhi begitu jauh hingga membawa kita pada kenangan buruk di masa kecil.
Dengan berkonsultasi pada ahli, kita bisa menelusuri sumber dari pikiran buruk tersebut dan cara yang tepat untuk mengubah sudut pandang agar kita dapat melihat diri sendiri dengan lebih baik.
(*)