"Di seluruh dunia, yang paling tinggi gangguan kejiwaan adalah anxiety disoder atau gangguan cemas," katanya.
Ia melanjutkan, "Banyak sekali orang yang khawatir, cemas, overthinking belum terjadi udah mikirin ke arah sana, jadi gak bisa tidur, gak enak makan, dan lain sebagainya."
Gangguan cemas mempunyai tiga gejala yang berupa keluhan fisik, psikologis, dan perilaku.
Contoh gejala gangguan cemas yang berdampak pada fisik seperti jantung berdebar, napas pendek, banyak keringat, tubuh bergetar, mual dan muntah, hingga nyeri dada.
"Tetapi kalau diperiksa sama dokter, cek laboratorium, EKG, (hasilnya) normal. Tidak ada masalah apa-apa," jelasnya.
Sedangkan gejala psikologisnya berupa rasa cemas, khawatir, takut kehilangan kontrol. Ketiga gejala perilaku di antaranya makan dan tidur terganggu, serta mondar-mandir enggak jelas dan tanpa tujuan.
Baca Juga: Letakkan 5 Tanaman Ini di Rumah Bermanfaat untuk Kesehatan Mental!
Selanjutnya adalah depresi, yang persentasenya cukup tinggi, yakni 28,9% dibandingkan dengan gangguan jiwa lainnya.
Lebih lanjut, psikiater ini mengatakan gangguan cemas udah bisa dideteksi dari anak usia di bawah 5 tahun dan depresi pada anak usia 5-9 tahun.
Depresi punya gejala mayor dan minor. Gejala depresi mayor di antaranya afek depresi yakni muka yang murung, sedih, menangis, atau gampang tersinggung.
"(Selanjutnya) kehilangan minat, kehilangan semangat, sesuatu yang disenangi jadi enggak bergairah menjalannya. Kemudian energinya drop, gampang capai, malas bergerak, dan gejala gampang terkuras," kata dokter Lahargo.
Berikutnya adalah gejala minor yang menyebabkan fokus konsentrasinya terganggu, harga diri turun, makan dan tidur terganggu, hingga yang paling berat menyakiti diri sendiri atau mengakhiri hidup.
(*)
Baca Juga: 5 Bahaya Tidur Pagi, Awas Penyakit Jantung Hingga Gangguan Mental!