"Tapi, kan, kamu bilang...."
"FYI, Jasmine! Gue Rosemary Abraham enggak bakal mau temenan sama elo," lanjut Rose memotong perkataanku. "Dan asal elo tahu, selama sepekan ini gue baik sama elo itu cuma pura-pura aja. Tentang kita sahabatan juga cuma bohongan. Soalnya, kita cuma bikin taruhan siapa yang bisa bikin elo dateng ke pesta dan ngerjain lo kayak gini bakal jadi pemenangnya. Dan gue...pemenangnya!" jelasnya diakhiri dengan senyum sinis.
"Kamu tega!!!" teriakku. Dan tangisku pun meledak. Hingga aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya, tiba-tiba sebuah tangan menarikku keluar dari kerumunan itu. Dan beberapa menit kemudian aku sudah berada di dalam mobil yang membawaku melaju menjauhi rumah Rose.
***
"Dasar bego!" seru seseorang menyadarkan lamunanku. Air mataku masih terasa meleleh membasahi wajahku. Mungkin make-up wajahku sudah berantakan karenanya.
"Lihat wajahmu yang mengerikan itu! Kau seperti hantu, tau!" lanjutnya kemudian. Aku pun menatapnya sengit.
"Euwh! Lihat wajahmu yang penuh dengan noda hitam itu! Sudahlah, jangan menangis. Kau aman sekarang," katanya sambil menepuk pundakku.
"Lebih baik kita mencari tempat untuk membersihkan mukamu yang mengerikan itu. Aku tidak mau orang-orang lari ketakutan karena mengira aku telah membawa hantu!"
Oh! Dia cerewet sekali! Siapa dia? Aku tidak kenal siapa cowok yang sedang mengendalikan kemudi itu. Ia terus saja nyerocos tanpa memperhatikan bagaimana perasaanku saat itu. Mungkinkah dia salah satu teman Rose? Tapi, kenapa dia menyelamatkanku?
"Siapa kau? Kenapa kau membawaku pergi? Apa mau menjebakku di tempat lain lalu kau mengundang Rose dan teman-temannya untuk mencemoohku?!" tanyaku beruntun.
Ia mendengus. "Ya, Tuhan! Kenapa aku harus menjebakmu di tempat lain? Di rumahku saja kau sudah mati kutu seperti itu. Seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku telah menyelamatkanmu tadi!"
Rumahku? Bukankah tadi rumah Rose? Lantas siapa dia?