Rose - Jasmine

By Astri Soeparyono, Senin, 22 September 2014 | 16:00 WIB
Rose - Jasmine (Astri Soeparyono)

Aku menatapnya heran. Kurasa ia membaca ekspresi wajahku saat itu.

"Kenalin, aku Abbas. Abbas Abraham. Abang Rose," katanya memperkenalkan.

Aku terkejut setengah mati hingga kurasa mulutku menganga dan mataku yang kecil melotot, lalu berkata, "A...bang Ro...se??"

"Ya! Abang atau kakak. Kenapa kau jadi syok kayak gitu? Kau terlihat jelek sekali dengan wajah seperti itu! Ha-ha-ha..." ia kembali tertawa renyah.

Kalau benar ia abang Rose, jauh sekali perbedaannya dengan adiknya. Wajah Abbas ramah sekali, juga terkesan santai dan berantakan. Rambutnya ikal, memiliki jambang dan ia juga memiliki lesung pipit saat tersenyum. Giginya rapi dan senyumnya manis sekali. Bisa kubilang dia memiliki wajah yang tampan. Rose memang cantik, namun wajahnya yang jutek membuatnya sungguh berbeda dengan sang kakak.

"Maafin kelakuan adikku. Ia terlalu dimanja, jadinya, ya, seperti itu. Tapi aslinya dia baik, kok. Dan mungkin dia sangat cemburu tadi karena kau berani mengungkapkan perasaanmu kepada cowok yang bernama Danis itu. Karena jujur saja, adikku sangat menyukai bocah itu. Tapi dia tidak berani mengungkapkan perasaannya sepertimu. Yah, walaupun kamu melakukannya karena permainan tadi. Aku yakin, sih, kamu pasti enggak bakal berani mengatakan perasaanmu secara langsung tanpa permainan itu," jelas Abbas panjang lebar.

Rose menyukai Danis? Oh Tuhan! Harusnya aku sudah menduga sejak awal. Perlakuan dan perhatian Rose pada Danis memang beda jika dibandingkan kepada murid-murid cowok lain di SMA. Aku telah menyakitinya dengan mengatakan semua pernyataanku tadi. Kini aku mengutuki diriku sendiri yang mau mengkuti permainan truth or dare itu!

"Aku telah menyakiti Rose! Seharusnya aku sudah menduga kalau dia menyukai Danis. Maafkan aku..." kataku lirih.

"Sudahlah! Aku rasa itu semua sudah diatur sama teman-teman Rose yang lain. Dan gadis yang menunjukmu tadi, kurasa ia telah merencanakan pertanyaan itu sejak semula. Ia mungkin iri dengan Rose, atau mungkin ia juga menyukai si Danis itu. Jadi ia ingin menjatuhkan Rose dengan memancing sifat buruknya yang pemarah itu untuk keluar. Aku bisa mengambil kesimpulan, justru Rose-lah yang dikerjai dalam pesta itu, tapi melalui perantara kamu. Heh! Licik sekali! Dasar SMA! Ha-ha-ha..." Abbas kembali tertawa renyah mengakhiri pendapatnya.

Apakah benar semua itu? Jika benar, mungkin Naura, Syafira, bahkan cewek-cewek lain juga menyukai Danis. Danis memang sosok yang begitu dikagumi murid-murid perempuan di SMA. Mungkin Naura sengaja memancing kemarahan Rose untuk menunjukkan sifat buruk gadis itu. Malang sekali nasib Rose.

"Sungguh, aku menyayangi Rose sebagai sahabat. Aku senang sekali bisa berteman dengannya. Walaupun hanya seminggu menjalin pertemanan dengannya, tetapi waktu itu adalah waktu terindah selama aku di SMA ini," kataku kemudian.

"Ya, aku bisa lihat itu. Kau terlihat tulus saat berteman dengannya. Dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Mereka semua sungguh bermuka dua."