Membeli Waktu

By Astri Soeparyono, Sabtu, 11 Mei 2013 | 16:00 WIB
Membeli Waktu (Astri Soeparyono)

***

Ika

            Membayangkan diriku berduaan saja dengannya sudah membuat jantungku berolahraga keras. Iramanya loncat sana loncat sini. Siang ini aku akan bekerja berdua dengannya, menyelesaikan daftar undangan untuk upacara perpisahan angkatan kami. Aku menunggunya di ruang kesiswaan.

            Tegang, tanpa sengaja kebiasaan burukku keluar. Kuketuk-ketuk meja dengan pulpen. Kenapa dia lama sekali? Bagaimana nanti aku harus memulai pembicaraan? Aku ingin lebih dekat dengannya, tapi aku takut. Takut akan konsekuensinya.

            "Hai, Ka!"

            Aku tersentak, "Hai, Dre. Bawa, kan, daftar namanya?"

            Andre mengangguk sambil menunjukkan daftar nama yang harus kami ketik. Kemudian aku diam, karena tak tahu harus bagaimana. Serba salah. Awkward. Bagaimana ya baiknya? Aku pun mulai mengetik. Dia duduk di sebelahku. Aku bisa mencium bau shamponya dari jarak sedekat ini. Ya ampun, rasanya jantungku ingin lompat keluar saja. Lalu keheningan pecah karena dia.

            "Lo tau, enggak, Ka, Lila tadi siang udah nembak gue?" ucap Andre tanpa basa-basi.

            Aku terkesiap. Lila tidak mengatakan apa-apa soal itu kepadaku. "Terus...? Elo jawab apa?" tanyaku balik, ingin tahu. Hatiku berteriak-teriak, "Jangan jawab iya! Jangan mau jadi pacar Lila!" Tapi hati nuraniku berkata sebaliknya. Lila sahabatku, maka kalau dia bisa mendapatkan cowok yang disukainya, maka itu akan membuat hidupnya bahagia, kan? Aku, sahabatnya, harus mendukungnya.

            "Gue jawab gue enggak bisa. Soalnya gue udah suka ama orang lain," jawab Andre. Kali ini sambil menatapku serius. Dalam-dalam. Ada yang aneh dari mata itu. Ini pertama kalinya aku memerhatikan wajahnya sedekat ini. Ekspresi wajahnya....apa aku salah membaca ekspresinya? Mendadak ada sebuah tendangan di hatiku. Jangan - jangan....

***