Dia, Perjalanan dan Mati Kutu

By Astri Soeparyono, Sabtu, 16 Maret 2013 | 16:00 WIB
Dia, Perjalanan dan Mati Kutu (Astri Soeparyono)

Jika setiap ketukan nada dapat dinikmati, rasanya ada yang kurang. Ia tak mengerti makna dari lagu itu. Rachi mengambil kamus Bahasa Jepangnya dari atas rak. Rasa penasarannya membuat Rachi bersemangat untuk mencari arti kata yang didengar dari lagu-lagu itu. Lalu, Rachi mencoba menulisnya dengan keterampilan menulis Bahasa Jepang seadanya. Biarpun terkadang jadi bingung sendiri, Rachi terus mengulangnya.

Saat seseorang mulai tertarik akan suatu hal, maka ia akan mencoba memahaminya. Rupanya, kata-kata Adrian itu sedikit banyak mempengaruhi pola berpikir Rachi. Jika awalnya ia menganggap Bahasa Jepang itu sulit, maka ia sedikit mengubah asumsi. Ia mencoba menyukai untuk mencoba memahaminya.

Rachi mencoba meyakinkan dirinya tentang kemampuan diri sendiri. Dengan semangat menggebu, ia berusaha sebisanya.

Untuk beberapa hari ini, Rachi sedikit mengorbankan waktu santainya. Yang sering ia lakukan pada waktu senggangnya sekarang adalah menenteng kamus Bahasa Jepang dengan telinga yang ditutupi earphone putih.

**

Seperti saat seorang terdakwa akan menjalani sidang dan hendak membuktikan dirinya tak bersalah, begitulah raut wajah yang ditunjukkan Rachi. Ketegangan berpadu satu dengan semangat. Hari ini, Rachi akan melihat seberapa jauh ia terbang.

Kaki mungilnya mulai beranjak menuju meja yang menjadi tempatnya berjuang. Selembar kertas berisikan hurup Hiragana, Katakana, dan Romanji menggodanya untuk segera mengisi bagian yang kosong. Dengan pulpen bertutup kelincinya, Rachi mulai mengisi semampunya.

**

"Gimana, Chi?" Adrian telah menunggu kedatangan temannya itu di teras depan kelas. Disampingnya, Rita tersenyum dengan wajah jahil. "Kebangetan, Chi, kalo dapetnya tiga puluh lagi."

"Saat seseorang berusaha menyukai sesuatu, maka ia akan berusaha memahami." Rachi membalik kertas ulangannya, "Enam lima! Rasanya semakin dekat menuju seratus."

"Wah...hebat!" Adrian bersorak gembira.

"Lo kalah, Ta," Rachi tersenyum jahil. "Sekarang, gue unggul dari lo. Ha-ha"