Kadang-kadang juga ada pertimbangan lain dari dosen masing-masing.
Pendaftaran jadi asdos itu dibuka bebas untuk siapa aja yang ingin menjadi asdos.
Tinggal kumpulin CV dan nanti akan ada proses seleksi.
Ada juga beberapa dosen yang nawarin ke mahasiswanya langsung yang dirasa mampu untuk menjadi asdos.
Dan biasanya jadi asdos itu udah bisa dimulai saat di semester 3 karena kalau di kampusku, semester-semester awal juga udah ada yang pakai asdos. Tapi balik lagi ke syarat yang pasti matkul yang akan diajar itu udah harus lulus.
Senangnya karena aku bisa belajar lebih dalam lagi tentang matkulnya, terus bisa lebih kenal dengan banyak dosen dan junior.
Apalagi aku juga jadi ikut bangga kalau mahasiswa yang aku asdosin hasil penelitian mereka bagus dan bener-bener jadi paham dengan materinya.
Oh iya, aku juga bisa nambah uang jajan he-he-he.
Kalau untuk dukanya mungkin aku harus atur waktu dengan tugas kuliahku yang lain dan tuntutan mahasiswa yang terlalu banyak ke asdos padahal asdos enggak bisa segitu interventif karena nanti mahasiswanya enggak jadi belajar.
Selain itu ada juga mahasiswa yang sikapnya jelek seperti bandel di kelas, sering enggak masuk, enggak mau dibantu dan memaksa.
Biasanya aku masih baik-baik dan nasihatin. Tapi lama-lama kalau udah makin keterlaluan, biasanya aku konsultasi dengan dosennya dan ditegasin tentang aturan main di matkul itu.
Dan kebetulan karena dosennya sangat sibuk, kadang aku jadi susah komunikasi dengan dosennya.
(Baca juga: 5 Tips Jadi Mahasiswa Aktif dan Berprestasi di Bidang Akademik dan Non-Akademik)
Gimana, girls. Tertarik untuk jadi asisten dosen ketika udah kuliah nanti?