Curhat Dian, Cewek yang Divonis Kanker Payudara Stadium 3 di Usia 26 Tahun

By Indah Permata Sari, Kamis, 25 Januari 2018 | 04:15 WIB
(Indah Permata Sari)

Girls, pernah enggak terbayang olehmu ketika kamu merasa dirimu sehat-sehat saja namun tiba-tiba mendapat vonis menderita kanker payudara langsung stadium 3?

Kita mungkin akan ngeri membayangkannya namun ini sungguhan terjadi sama cewek periang bernama Dian.

Cewek dengan nama lengkap Radian Nyi Sukmasari ini usianya baru menginjak 26 tahun namun dia harus menelan pil pahit ketika dokter memberikannya vonis sakit kanker payudara stadium 3.

Yuk kita cari tahu durhatan Dian yang bikin kita sedih namun sosoknya inspiratif!

“Di sekitar bulan Mei 2017, aku lagi mandi dan ngerasa ada benjolan gede di payudara sebelah kanan. Lalu benjolan itu aku periksakan di USG ukurannya sekitar 2 cm.

Pas itu barengan juga dengan gula darahku yang tinggi. Jadi awalnya dokter bilang kalau aku kena diabetes dan dia bingung, soalnya aku masih muda dan jarang anak muda yang kena cancer.

Lalu aku diminta untuk mengelola gula darah sekitar bulan Juni dan diminta untuk kontrol lagi bulan Desember. Selama berjalan dari Juni ke Desember itu gula darahku sudah stabil dan saat itu benjolannya terasa membesar namun engggak nyeri.

Tapi pas di awal bulan Desember udah berasa kok agak nyeri ya, apalagi kalau lagi mau menstruasi itu tambah nyeri banget. Akhirnya di Desember itu aku kontrol lagi, USG juga dan ukurannya udah bertambah dari yang awalnya ukuran 2 cm udah jadi 4 cm.

Abis itu dokter minta aku untuk melakukan open biopsy tapi pakai operasi untuk diambil sample-nya. Operasinya tanggal 12 Desember dan seminggu kemudian hasilnya keluar dan hasilnya positif kanker Stadium 3 B setelah dilakukan PET Scan.”

“Keluarga kaget lah pasti ya. Apalagi umur 26 kan masih muda banget. Teman-teman juga kaget banget karena sejak Desember dapet diagnosis aku masih kerja dan tertawa lepas, dan aku umpetin aja sih.

Teman-teman baru tahu pas tanggal 4 Januari pas aku pasang cellsite.

Kenapa aku umpetin? Karena aku malas dengan respons yang menurutku sebenarnya ngeselin kayak nanya ‘Lho kok bisa? Emang nggak kerasa?’. Ya mana aku tahu kan kenapa bisa.

Dan pertanyaan enggak kerasa emang itu buat orang yang lagi sakit gini dan sensitif serasa disalahkan. Makanya malas He-he.

Tapi ada juga temen kantor yang kayak ‘ini anak gila apa ya ngadepin sakit kayak gini responnya biasa aja, selow banget’. Jadi respon orang-orang di sekitar sih beragam dan ada yang bikin kesal ada juga yang bikin semangat.”

Ada berapa respon yang diterima Dian, tapi yang paling bikin dia terpukul adalah ucapan menuduh yang membuatnya disalahkan karena tidak bisa menjaga diri.

“Beberapa respon yang bikin males, ‘sabar ya’ (Udah dari awal kali), ‘emang enggak sadari atau periksa payudara sendiri?’ (Kayak disalahin), atau ‘kok bisa ya Jangan-jangan karena makanan’ (kayak disalahin lagi).”

“Sekarang lagi jalanin kemoterapi 6 kali, tapi kemarin baru 1 kali. Nanti yang kedua tanggal 5 Februari Insya Allah. Setelah kemo rencana mastektomi payudara kanan.

Aku juga makan kayak biasa aja sih, tapi mengurangi yang berlemak dan karbo. Sama sebisa mungkin menghindari yang mengandung pengawet kayak makanan kalengan, junk food, nugget, sosis pun aku hindari.

Terus juga aku minum jus buah. Makanan beli di luar kalo pengin aja, dan lebih sering masak sendiri sih pokoknya.”

Dian juga enggak melupakan aktivitasnya yang biasa dia lakukan lho girls. “Aku tetap kerja, dalam artian nulis artikel karena itu sebagai salah satu bentuk terapi buat aku.

Yang enggak kalah penting tetap happy. Bawa santai aja. Hadapi, pasrah, tawakal, serahkan semua ke Allah toh aku juga sudah berikhtiar.”

“Meyakini kalau Tuhan enggak pernah salah dan selalu ngasih yang terbaik. Selama kita udah berusaha, berdoa, selanjutnya serahkan aja ke Yang Kuasa. Berpasrahlah.

“Mungkin itu terdengar klasik ya atau bahkan sok relijius. Tapi setelah kepergian nyokap di tahun 2011 itu yang aku pelajari dari apa yang aku alami dalam hidup.

“Aku mengapresiasi banget perhatian teman-teman. Kalau masih banyak orang berbaik hati di luar sana dan mau bantu pengobatanku, Alhamdulillah.

Kalau sampai dananya berlebih-lebih, setelah treatment aku kelar, aku akan kembalikan itu buat yang butuh terutama para pasien cancer ya.

Intinya campaign itu kan juga termasuk usaha teman-teman untuk membantu kesembuhanku. Kalau ternyata hasilnya belum sesuai yang diharapkan, percayalah Tuhan udah nyiapin planning yang lain kok.”

“Aku pengin banget ngajak bokap umroh. Dan layaknya para wanita, bisa menikah, punya anak, membangun keluarga cemara yang samawa.

“Dan pesanku untuk cewek-cewek, hanya satu saja, yaitu sadari. Dan buat cowok, bantu para cewek untuk menyadari kalau cancer itu kadang enggak terasa hingga sudah parah kayak aku.”

Seperti yang Dian bilang, kita tidak pernah tahu kapan penyakit bisa menghampiri kita. Dan, kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang banyak mengancam cewek.

Karena itu penting bagi kita untuk melakukan sadari, alias periksa payudara sendiri, karena dengan begitu, kita langsung sadar jika ada kelainan pada payudara, sehingga bisa diatasi.

Untuk tahu lebih banyak soal sadari, kamu bisa melihatnya di sini.

Lalu, bagaimana jika teman kita yang divonis menderita sakit parah?

Seperti yang Dian bilang, masa-masa ini merupakan berat banget dan jadi super sensitif. Sehingga, komentar orang lain akan berasa penting untuk mereka.

Kita mungkin memiliki banyak pertanyaan, tapi pertanyaan itu bisa menunggu. Karena yang dibutuhkan adalah dukungan dari teman.

Kita bisa menemaninya berobat, mengingatkannya untuk menjalani treatment, dan seperti yang dilakukan teman-teman Dian, melakukan penggalangan dana untuk memudahkan keluarga Dian dalam mengobati penyakitnya.

Ini jauh lebih berarti ketimbang komentar yang diniatkan untuk peduli tapi ternyata malah memojokkan dan bikin si penderita makin down.