CewekBanget.ID - Siapa di antara kita yang gemar menyimpan dan mengumpulkan barang-barang tertentu, nih?
Mulai dari buku, album K-Pop, bahkan hingga tiket menonton di bioskop atau tiket pertunjukan musik dari artis kesayangan kita.
Kita mungkin biasa mengetahui kebiasaan tersebut sebagai kegiatan mengoleksi.
Namun pada beberapa kasus, kebiasaan mengumpulkan barang yang berjalan terlalu jauh hingga berujung pada penimbunan barang atau hoarding juga ada, lho.
Eh, tapi apa bedanya antara hobi koleksi dan hoarding, sih?
Baca Juga: DIY Kotak Makeup untuk #WaktuBerkualitas Saat Beres-beres Kamar!
Koleksi
Biasanya kolektor akan memamerkan koleksi mereka dengan pertimbangan dan terorganisir.
Tentunya kolektor menyimpan barang-barang dengan lebih tertata rapi, bahkan seringkali diletakkan berdasarkan kategori tertentu.
Kolektor juga punya rasa bangga untuk memamerkan koleksi mereka atau membahasnya dengan orang lain dan punya kontrol serta perencanaan finansial.
Barang-barang yang dikumpulkan kolektor cenderung memiliki nilai sendiri yang bisa mereka jadikan aset ke depannya.
Selain itu, kolektor juga enggak selalu menahan barang-barang yang mereka kumpulkan; jika sedang butuh pemasukan atau hendak mengoleksi benda lain, mereka tinggal menjual atau menukar koleksi mereka dengan nilai yang pantas.
Hoarding
Seringkali bagi hoarder, mengumpulkan barang baru sudah bukan lagi tentang rasa bahagia, tapi untuk tetap bertahan hidup.
Mereka sebetulnya menyadari hal itu salah dan membuat mereka pada akhirnya makin depresi dan lari dari kenyataan.
Hoarding alias menimbun adalah pola perilaku yang dicirikan dengan mengumpulkan barang-barang, terlepas penting atau enggaknya barang tersebut, serta keengganan atau kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang yang pada akhirnya menyebabkan semua barang tersebut terus menumpuk.
Hal itu pun menimbulkan efek negatif mulai dari kesehatan emosional, fisik, sosial, finansial, hingga legal baik bagi si pengidap maupun orang-orang terdekatnya.
Baca Juga: Membuang Barang yang Menumpuk Ternyata Baik untuk Kesehatan Mental. Kok Bisa?
Barang-barang yang biasanya dikumpulkan sangat beragam, tapi yang paling umum adalah tumpukan majalah atau koran, kantong-kantong plastik, sisa makanan, kardus, foto, alat-alat rumah tangga, makanan, dan pakaian.
Seringkali barang yang dikumpulkan sebetulnya enggak berharga atau memang sampah yang seharusnya dibuang, dengan alasan sentimental seperti benda-benda yang dikumpulkan memiliki kenangan tertentu atau sayang untuk dilepas.
Namun perilaku ini juga sering berkaitan dengan kebiasaan membeli barang secara kompulsif, mengumpulkan barang-barang gratis seperti selebaran atau pamflet, atau mengumpulkan barang-barang yang dianggap unik meskipun bagi orang lain enggak penting.
Baca Juga: Viral Menimbun Sampah di Kamar Kos, Hoarding Disorder Nih Namanya!
Sementara itu, hoarding juga dikategorikan sebagai kelainan mental, yaitu hoarding disorder.
Perilaku ini lebih umum ditemukan pada mereka yang mengalami gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, dan ADHD.
Beberapa faktor lain yang juga berkaitan dengan hoarding adalah paranoid, ketergantungan alkohol, skizofrenia, dan menghindari interaksi sosial (avoidant).
Jadi bedakan antara hoarding dan koleksi ya, girls!
Segera pula konsultasi ke psikolog atau ahlinya kalau kita menemukan gejala hoarding disorder pada diri kita atau orang lain.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Marcella Oktania |
KOMENTAR