Mengenai hal itu, seorang perempuan penikmat musik punk dari Bandung, Sarah, turut berkomentar.
"Kesannya seakan-akan punk itu cuma buat laki-laki. Padahal mah kalau lihat di luar (negeri), justru enggak sedikit juga musisi dan penikmat punk yang perempuan, kok,” kata Sarah kepada CewekBanget.id pada Jumat (9/9/2022).
Pernyataan Sarah yang menyukai band punk Sex Pistols itu bisa jadi ada benarnya soal hal itu, girls.
Melansir artikel The Guardian (3/7/2014), perempuan sebetulnya sudah menjadi bagian dari punk, entah itu sebagai promotor, musisi, artis, organisator komunitas punk, hingga mendokumentasikan berbagai media terkait punk pada masa awal kehadirannya.
Awalnya, punk memang bergerak sebagai musik sekaligus komunitas yang inklusif dan beragam.
Tapi makin ke sini, kehadiran laki-laki dengan maskulinitas toxic-nya semakin menggeser posisi perempuan di skena punk.
Hal tersebut sedikit diulas dalam film dokumenter Ini Scene Kami Juga (2016) garapan sutradara Hera Mary.
Inilah, menurut Sarah, yang membuat kehadiran perempuan dalam punk masih dianggap enggak wajar.
Dominasi laki-laki di skena punk seakan membatasi ruang gerak dan ekspresi perempuan yang sama-sama menyukai punk.
Selain itu, hal tersebut sekaligus membuat orang di luar komunitas mereka hanya melihat laki-laki yang pantas jadi bagian dari kultur musik 'keras' tersebut.
Source | : | The Guardian,Liputan Cewekbanget.id,Ini Scene Kami Juga |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR