Namun ada satu pengecualian untuk ini: penting untuk memeriksa emosi kita sendiri dari waktu ke waktu.
Alasan nomor satu mengapa percakapan berubah menjadi argumen atau pertengkaran adalah sikap defensif.
Ketika kita merasa orang lain menyerang kita, kita sendiri masuk ke mode menyerang, yang menciptakan lingkaran setan kritik, perasaan sakit hati, dan kesalahpahaman.
Namun alasan kita bersikap defensif kurang jelas. Sikap defensif muncul karena kita sebenarnya enggak menyadari emosi kita sendiri.
Terkadang manusia itu enggak peka. Kita semua melakukannya, enggak peduli seberapa keras kita berusaha untuk enggak melakukannya.
Jadi, penting untuk disadari bahwa hanya karena seseorang mengatakan sesuatu yang menyakitkan bukan berarti dia bermaksud menyakiti kita.
Namun untuk mewujudkan hal ini, kita harus benar-benar menyadari apa yang kita rasakan.
Kita harus mampu merasakan peningkatan kemarahan atau rasa mudah tersinggung pada awal, misalnya, memvalidasinya, menilai dari mana asalnya, dan memutuskan apakah hal tersebut layak untuk ditindaklanjuti.
(*)
Baca Juga: Pendengar yang Baik, 5 Zodiak Ini Termasuk Tipe Zodiak yang Asyik Jadi Teman Cerita!
Source | : | YourTango |
Penulis | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
Editor | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
KOMENTAR