CewekBanget.ID - Mendengarkan dan memperhatikan dengan baik ketika ada orang lain yang sedang bicara merupakan salah satu kelebihan yang enggak semua orang bisa melakukannya.
Sudah merasa diri sendiri adalah pendengar yang baik? Eits, tunggu dulu!
Sebaikya cek dulu beberapa hal di bawah ini.
Kalau kita enggak pernah atau jarang melakukannya, berarti udah jelas kalau kita memang pendengar yang baik!
Baca Juga: Jadi Pendengar yang Baik dan Lakukan Ini Saat Sahabat Baru Putus Cinta
1. Mendengarkan secara pasif
Enggak bisa dipungkiri, kebanyakan kita bukanlah pendengar yang aktif.
Ketika orang lain sedang berbicara, terutama jika orang tersebut adalah seseorang yang kita kenal dan mereka sedang membicarakan topik yang akrab, kita cenderung mengabaikan.
Kita pun mungkin akan mulai memikirkan apa yang akan kita katakan sebagai tanggapan terhadap apa yang mereka katakan.
Kita mulai memikirkan apa yang pengin lakukan setelah percakapan ini selesai.
Kita mulai memikirkan tentang apa yang seharusnya dilakukan orang lain agar enggak berada dalam situasi ini.
Dengan kata lain, sebenarnya kita enggak terlalu mendengarkan.
Dalam situasi seperti ini, kita cuma mendengarkan secara pasif. Karena meskipun gelombang suara dari mulut mereka mungkin terdengar di telinga kita, perhatian kita tertuju ke tempat lain.
Mendengarkan secara pasif adalah ketika perhatian tertuju pada kita. Mendengarkan secara aktif adalah saat perhatian kita tertuju pada mereka.
2. Memprioritaskan masalah dibandingkan manusia
Kebanyakan dari kita adalah pemecah masalah.
Dari saat kita bisa berjalan, kita memulai perjalanan panjang pendidikan formal di mana kita diajarkan untuk menjadi pemecah masalah yang efisien dan diberi penghargaan yang sesuai.
Kemudian, untuk sebagian besar sisa hidup kita, kita menghabiskan 40+ jam per minggu dalam pekerjaan kita untuk memecahkan masalah dan mendapatkan lebih banyak imbalan karenanya.
Terkadang, orang yang cerita sama kita enggak melulu karena mereka butuh saran atas permasalahan yang mereka hadapi, melainkan mereka cuma butuh didengar.
Oleh karenanya, jangan buru-buru menyimpulkan cerita mereka, dan mulai menawarkan berbagai solusi seolah-olah kita adalah 'pahlawan'.
Baca Juga: Nadhif Basalamah Sadar Lagunya Bisa Bikin Pendengar Auto Galau
3. Menghindari awkward silence
Kebanyakan dari kita secara naluriah menghindari saat-saat hening yang enggak nyaman alias awkward silence.
Tapi perlu diingat, hanya karena keheningan terasa canggung bukan berarti itu buruk, girls!
Orang yang sangat berempati tahu bahwa yang terjadi biasanya justru sebaliknya: keheningan sangat penting untuk komunikasi yang bermakna.
Bisa jadi cuma kita doang yang merasa enggak nyaman dengan keheningan. Namun untuk lawan bicara keheningan adalah yang mereka cari.
4. Mencoba memperbaiki masalah daripada memvalidasinya
Seperti yang telah kita bahas sebelumnya, sebagian besar dari kita pada dasarnya adalah pemecah masalah.
Ketika ada sesuatu yang tampak rusak, naluri kita adalah menggunakan alat dan saran terbaik kita untuk memperbaikinya.
Masalahnya, enggak semua masalah perlu diselesaikan.
Emosi yang sulit bukanlah masalah yang harus diperbaiki. Pengalaman mereka harus divalidasi.
Baca Juga: 3 Tipe Kelingking Ini Bisa Menggambarkan Kepribadian Seseorang. Valid?
Ketika seseorang yang kita sayang menderita secara emosional, wajar kalau kita pengin meringankan penderitaan tersebut dan membantunya merasa lebih baik.
Namun, yang lebih penting adalah memvalidasi bahwa perasaan yang sedang mereka rasakan saat itu adalah valid, dan cobalah untuk berempati akan hal itu.
5. Mengabaikan emosi diri sendiri
Ciri khas pendengar yang baik adalah mereka pandai untuk tetap fokus pada orang lain dan kekhawatirannya tanpa menghakimi.
Namun ada satu pengecualian untuk ini: penting untuk memeriksa emosi kita sendiri dari waktu ke waktu.
Alasan nomor satu mengapa percakapan berubah menjadi argumen atau pertengkaran adalah sikap defensif.
Ketika kita merasa orang lain menyerang kita, kita sendiri masuk ke mode menyerang, yang menciptakan lingkaran setan kritik, perasaan sakit hati, dan kesalahpahaman.
Namun alasan kita bersikap defensif kurang jelas. Sikap defensif muncul karena kita sebenarnya enggak menyadari emosi kita sendiri.
Terkadang manusia itu enggak peka. Kita semua melakukannya, enggak peduli seberapa keras kita berusaha untuk enggak melakukannya.
Jadi, penting untuk disadari bahwa hanya karena seseorang mengatakan sesuatu yang menyakitkan bukan berarti dia bermaksud menyakiti kita.
Namun untuk mewujudkan hal ini, kita harus benar-benar menyadari apa yang kita rasakan.
Kita harus mampu merasakan peningkatan kemarahan atau rasa mudah tersinggung pada awal, misalnya, memvalidasinya, menilai dari mana asalnya, dan memutuskan apakah hal tersebut layak untuk ditindaklanjuti.
(*)
Baca Juga: Pendengar yang Baik, 5 Zodiak Ini Termasuk Tipe Zodiak yang Asyik Jadi Teman Cerita!
Source | : | YourTango |
Penulis | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
Editor | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
KOMENTAR