Kita terobsesi dengan gagasan bahwa, dengan usaha dan ketekunan yang cukup, kita dapat melakukan atau mencapai apa pun.
Tentu saja, sebagian besar orang yang terus menerus merenungkan kesalahan dan kegagalan di masa lalu enggak percaya bahwa mereka bisa mengubah masa lalu. Sebaliknya, merenungkan masa lalu memberi mereka ilusi kendali, betapapun cepatnya dan sementara.
Ketika kita pernah melakukan sesuatu yang buruk atau melakukan kesalahan di masa lalu, tentu kita merasa bersalah dan menyesal.
Pada kenyataannya, merenungkan kesalahan masa lalu kita enggak akan mengubah apa yang terjadi. Artinya ketidakberdayaan emang enggak bisa dihindari.
Baca Juga: Cek Kondisi Emosional Kita Lewat Jam Kebangun Kita di Malam Hari, Yuk!
Ini adalah fakta kehidupan yang sulit yang enggak cuma dipahami tetapi juga diterima oleh orang-orang yang cerdas secara emosional.
Jika kita pengin melanjutkan hidup alih-alih terus terjebak di masa lalu, kita harus menerima masa lalu apa adanya, termasuk perasaan enggak berdaya.
4.Mempertahankan harapan yang enggak realistis
Harapan yang enggak realistis adalah upaya salah arah untuk mengendalikan orang lain.
Sama seperti merenung adalah upaya untuk mengendalikan masa lalu dan bagaimana perasaan kita terhadapnya, mempertahankan ekspektasi yang enggak realistis biasanya merupakan upaya halus untuk mengendalikan orang lain.
Tentu saja, kebanyakan orang dengan ekspektasi yang enggak realistis enggak melihatnya seperti itu.
Kita mungkin melihat ekspektasi kita terhadap orang lain sebagai hal yang baik: memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap orang lain akan mendorong mereka untuk tumbuh dan menjadi dewasa serta menjadi diri mereka yang terbaik.