Masa di mana kita lagi puber, sering merasa insecure dan mikirin banget semua pendapat orang tentang kita.
Kalau menurut psikolog Verauli, masa remaja ini, adalah masa di mana kita mengalami yang namanya distorsi kognitif (cara berpikir yang berlebihan atau enggak masuk akal) yang memicu munculnya egosentris hingga memicu munculnya personal fable.
Jadinya merasa kalau kita selalu ada di bawah sorotan dan bahwa semua orang selalu memerhatikan segala sesuatu tentang kita, temasuk tentang perubahan fisik.
Tentunya saya sempat merasa enggak PD, kesal sendiri karena susah cari baju dan merasa iri dengan teman-teman cewek lainnya yang tubuhnya lebih kurus atau ideal.
Soalnya mereka bisa dapat dan pakai baju apa aja yang mereka mau dan enggak usah pusing mikirin takut kesempitan atau kelihatan gemuk.
Diejek pun pasti pernah, walaupun konteksnya bercanda. Syukur belum pernah mengalami yang benar-benar di-bully atau dihina hingga sakit hati dan stres.
(Baca juga: cara mix and match kaos buat cewek gemuk)
Mungkin karena, saya dikelilingi oleh teman dan orang-orang yang enggak terlalu ambil pusing dengan bentuk tubuh atau berat badan.
Atau mungkin karena waktu saya masih remaja, medsos, yang sekarang jadi wadah bagi orang-orang untuk melakukan body shaming, belumlah semaju sekarang.
Paling bercandaan teman-teman yang mangging ‘si gendut’ atau kadang para orang tua yang suka bilang “Duh anak perawan kok badannya gini, kayak ibu-ibu.” Itu udah pasti bikin bete banget sih.
Tapi ya, saya enggak pernah terlalu ngambil pusing soal itu. Apalagi seiring berjalanannya waktu, alias semakin kita dewasa, orang-orang di sekitar kita pasti bersikap lebih dewasa, kok.
Masalah tubuh gemuk atau lainnya udah enggak jadi poin yang disorot untuk jadi bahan ejekan. Jauh lebih baik dari masa remaja.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR