Lemak trans lebih buruk bagi jantung daripada lemak jenuh karena meningkatkan kadar kolesterol "jahat" LDL dan menurunkan kolesterol "baik" HDL.
Hal ini memicu masalah ganda pada arteri. Lemak trans juga meningkatkan kadar lipoprotein dan trigliserida yang dapat menyumbat pembuluh darah arteri.
Periksa daftar label apakah ada kata-kata: "partially hydrogenated," "difraksinasi atau fractionated" dan "terhidrogenasi atau hydrogenated" (lemak yang sepenuhnya terhidrogenasi bukanlah ancaman bagi jantung, tetapi beberapa lemak trans yang disalahartikan sebagai lemak terhidrogenasi).
Makanan yang mengandung kata-kata ini, berarti mengandung lemak trans.
2. Garam
Tigaperempat garam atau sodium yang kita konsumsi setiap hari, enggak berasal dari garam di meja atau dapur.
Kita lebih banyak mengonsumsinya dari makanan instan atau makanan olahan, seperti sup instan, saus, mie instan dan lain sebagainya.
Baca Juga: Bukan Bumbu MSG, Ternyata Bagian Mie Instan Ini yang Bisa Memicu Kanker!
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, menganjurkan konsumsi garam maksimal 5 g sehari.
Sedangkan berdasarkan data Susenas pada 2002, 2007, dan 2009 (Hardinsyah, 2011), rata-rata konsumsi garam penduduk Indonesia masing-masing adalah 6,3; 5,6; dan 5,7 gram per hari. Artinya lebih tinggi dibandingkan anjuran dari WHO, nih!
Bahkan diperkirakan data tersebut bersifat underestimate, karena belum termasuk visible salt yang dibubuhkan pada makanan jajanan dan instan, demikian kata BPOM RI.
Sebanyak 98% asupan sodium akan diserap di usus, dan kelebihannya akan disaring di ginjal, dan dikeluarkan melalui keringat dan urin.