Pangeran dan Dua Puluh Pendar Bintang

By Astri Soeparyono, Sabtu, 27 Oktober 2012 | 16:00 WIB
Pangeran dan Dua Puluh Pendar Bintang (Astri Soeparyono)

            "Enggak jelas. Tapi katanya, sampai mereka ketiduran, Sendy enggak balik-balik," jawab Risma.

            Aneh! Ke mana orang usil itu malam-malam? Mau enggak mau aku ikut jadi penasaran.

            "Lagian, tahu enggak? Kita reuni di sini itu usul dial ho. Waktu itu, dia benar-benar ngotot!" desis Hani.

            "Wah... jangan...jangan..." Risma menggantungkan kalimatnya.

            Aku cuma diam.

***

            Anak-anak setendaku langsung tidur begitu kami selesai mengobrol. Brrr...dinginnya bukan main. Aku tidak berani keluar tenda. Tapi rasa penasaranku dan dua cangkir kopi tadi sore yang kuminum, membuatku tidak bisa tidur. Daripada bengong sendirian di tenda. Akhirnya aku memaksakan keluar dan duduk di atas rumput tepat di tepi tendaku. Apa yang bisa kulakukan malam-malam begini?

            Tiba-tiba, aku melihat bayangan Sndy. Ya ampun, ternyata benar ia selalu keluar malam-malam.

            Ia menghilang dalam kegelapan. Aku benar-benar penasaran. Tanpa sadar aku bangkit. Berjalan ke arah ia menghilang tadi.

            Lho! Gawat! Jangan-jangan aku tersesat. Kucoba memandang berkeliling. Ih...gelapnya. Kurasakan aku mulai merinding. Ya ampun! Di mana jalan pulangnya tadi ya?

            Aku benar-benar ketakutan.

            Tiba-tiba saja aku melihat cahaya kecil di tengah kegelapan. Kemudian menjadi banyak. Apa itu?