Mawari ni tenshi*

By Astri Soeparyono, Minggu, 21 Agustus 2011 | 16:00 WIB
Mawari ni tenshi* (Astri Soeparyono)

         "Kau memang tak pernah berhenti bertanya," ucap ayah sembari menghela napas."Sekarang, sebelum ayah menjawab pertanyaanmu, ayah ingin Tanya satu hal. Apakah pertemuanmu kali ini dengan ayah... masih membuatmu membenci ayah?"

         Aku terdiam. Membisu selama beberapa detik. Tanganku mengepal. Masak ia tidak tahu jawabannya?

         "Ya. Masih. Kenapa Ayah menikahi seorang wanita tanpa restu diriku? Ayah anggap aku ini apa? Anak sapi? Lalu kenapa... Ayah bisa ada di sini?"

         Aku berkata dalam satu napas. Namun kembali, ayah tersenyum hangat.

         "Maaf, Ardeth. Maafkan ayah... Bukan maksud ayah meninggalkanmu. Ayah berniat mengenalkannya padamu, tapi..."

         "Tapi?"

         Ayah menghela napasnya lagi. Kali ini terdengar berat. Mndesah. "Ayah dan wanita itu mengalami kecelakaan pesawat saat kami hendak kembali dari Jakarta ke Bandung, saat kami hendak menemuimu. Dan, ya... seperti yang kau tahu sekarang...ayah berakhir di sini, di tempat ini."

         Apa? Jadi ... tempat ini benar-benar... Tuhan ... inikah tempat tinggalku sekarang?

         "Ardeth, apakah kau masih membenci ayah dan wanita itu?"

         Penjelasan ayah sudah lebih dari cukup. Hatiku serasa diperas. Aku menggeleng. Merutuk dalam diam. Bukan merutuki ayah. Tapi diriku sendiri. Terlalu dimainkan perasaan. Kenapa aku tidak bisa lebih mempercayainya?

         "Lalu di mana wanita itu? Dia tidak bersama Ayah?"

         "Dia pergi ke tempat ibumu. Ke surga. Ayah ada di sini karena dosa ayah yang meninggalkanmu sendirian. Tapi taka pa. ayah menerimanya, karena penderitaan yang kau alami lebih meyakitkan dari ayah." Lalu," ucapnya lambat-lambat ," Apa yang terjadi dengan ginjalmu? Apa yang menyebabkanmu hingga terperosok kemari?"