Mawari ni tenshi*

By Astri Soeparyono, Minggu, 21 Agustus 2011 | 16:00 WIB
Mawari ni tenshi* (Astri Soeparyono)

         Aku lagi-lagi terdiam. Haruskah kukatakan, minuman keras dari pergaulanku itulah yang menyebabkanku seperti ini, setelah kehilangan dirinya? Tidak. Ia pasti akan merasa sedih dan terpukul. Lagipula aku sendiri tak tahu, apa yang membuatku datang kemari. Apakah aku tidak berhasil menyebrangi jalan itu dan tertabrak? Apakah klakson yang kudengar terakhir kali itu adalah klakson yang dibunyikan saat mobil itu menabrakku? Ah, aku tak ingat. Semuanya berputar begitu saja di otakku.

         "Aku ..enggak tahu, Yah....."

         "Hmm...kau tidak tahu ? lalu ...kau yakin kalau kau sudah mati ?"

         "Ya..sudah sepantasnya begitu, kan?Ngapain donk aku kesini kalau memang aku masih hidup?Ngamen?"

         Aku mnoleh. tiba-tiba   sebuah pemandangan lain yang menyergapku. Aku terperanjat.sebuah pandang bunga luas membenteng menampakkan wujudnya di hadapanku.Di sini ,berdiri tiga orang perempuan.Yang pertama ku lihat adalah seorang wanita berkaca mata  dengan poting rambutnya yang pendek sebahu ibu.pasti itu ibu, yang kedua ada seorang  wanita berkulit gelap  yang kukenal sebagai seorang yang bersanding dengan ayahku  dua setengah tahun yang lalu.Ia tersenyum  menatapku ,sama seperti ibu.Keduanya sama-sama seperti  ma perempuan yang terakhir,seorang gadis yang berambut ikal panjang.Aura secantik rasi bintang di langit utara Lybra?

         Sontak aku berpaling pada ayah namun ayahku hanya tersenyum.kutolehkan lagi kepalaku pada bunga dihadapanku. Ibu dan wanita itu tersenyum, sementara lyra, ia melambaikan tangannya. Tertawa dengan wajah polosnya.

         "Ayah...kenapa? Kenapa Lyra kesini? Kenapa...."

         "Kau harus pulang,Nak," bisik sorot matanya jatuh tepat di kedua mataku yang balik menatapnya ia "Temukan sendiri jawabnya.berapa waktunya kau untuk tinggal disini.

         "Ta...tapi....."

         "Pergilah.Ayah belum membangun rumah untukmu disurga.nanti kalau kau sudah tulus memaafkan ayah ayah sudah di perbolehkan kesurga kau bisa pulang kemari sesuai waktu yang di tentukan."

         Belum sempat aku membantah, ayah tiba-tiba mendorong tubuhku sebuah lubang hitam besar begitu saja dihadapanku. aku kemudian terjatuh, terjun bebas dari ketinggian tiada tara

         ...Hingga aku menemukan diriku di sebuah ruangan putih yang menyilaukan.....