"Sorry... Gue bakal nyampein berita yang enggak enak banget. Sebnarnya ini, permintaannya Lyra..."
Aku menahan napas. "Kenapa... dengan dia, Vin?"
"Lyra.. dia ketabrak mobil... barengan sama lo yang pingsan gara-gara ginjal lo itu. Kalian berdua masuk UGD. Lyra sadar lebih cepat, tapi kondisinya parah. Kakinya patah, plus bebrapa tulang rusuknya juga. Dia kritis, susah untuk diselametin. Terus... pas tahu lo sekarat, dia..."
"Dia apa... Vin, jawab gue!"
"Dia donorin ginjalnya buat lo. Dia titip pesan ke gue. Katanya.. lo masih harus hidup untuk maafin bokap lo. Lo masih harus hidup untuk nbus semua yang sudah lo sembunyiin sama dia. Ta.. tapi ... dia senyum, Bro. dia snyum. Terakhir kali gue liat dia, dia cantik banget. Dia kayak malaikat. Sumpah, deh. Makannya...lo jangan nyia-nyiain apa yang sudah malaikat itu kasih sama lo."
Mendngarnya, sebuah senyum getir muncul di wajahku. "Hahaha... Hahaha..."
"Kenapa lo, Bro? kok tiba-tiba ketawa ngeri sendiri gitu?"
"Gue ketemu Lyra tadi, Vin... Dia sudah maafin gue, gue tahu dari senyumnya... Dan gue sudah maafin bokap gue juga..."
"Aku tertawa pahit.
"Kok, lo jadi meracau gini, sih?"
Aku masih tertawa. Tawa yang tak dapat kuhentikan.
"Ar, gu tahu lo terpukul... Gue tahu lo sedih, tapi..."
Diam. Aku hanya mendengar suara detak jarum jam di kejauhan.
"Ar? Ardeth? Bro, what's up?"
Sunyi. Tak kudengar suara-suara itu lagi. Aku tersenyum. Kupejamkan mataku.
***
Oleh : Pratiwi Fitriani
*malaikat di Sekelilingku - bahasa Jepang.