Cerita Cewek yang Hamil di Luar Nikah dan Harus Menjadi Ibu di Usia 16 Tahun

By Ifnur Hikmah, Selasa, 8 Mei 2018 | 15:00 WIB
Cerita Cewek yang Hamil di Luar Nikah dan Harus Menjadi Ibu di Usia 16 Tahun (Ifnur Hikmah)

Berbeda dari teman sekelasku yang lain, ia baik banget. Ia menanyakan alamat rumahku, bahkan menawariku tumpangan sepulang sekolah. Singkatnya kami menjadi dekat dan akhirnya berpacaran.

Melakukan Hubungan Seks

Pekerjaan ayah yang mengharuskannya untuk sering bepergian membuatku lebih sering berada di rumah sendirian. Kesepian, aku menyuruh dia untuk menemaniku.

Sekali, dua kali, enggak ada yang terjadi. Kami hanya ngobrol biasa, nonton TV, dan bercanda. Hal normal yang dilakukan pasangan yang berpacaran.

Sampai akhirnya, ketika untuk kesekian kalinya aku mengundangnya datang ke rumah, kami berciuman. Mulai dari sana, timbul keinginan untuk melakukan hal lebih. Sampai akhirnya kami melakukan hubungan seks.

Ketika itu terjadi, aku sadar aku sudah enggak perawan lagi, tapi aku sama sekali enggak menyesal. Saat itu aku berpikir, itu hal yang tepat. Toh kami sama-sama saling mencintai.

Di sisi lain, mungkin saat itu ada bagian dari diriku yang ingin balas dendam dengan kehidupan. Kehidupanku yang sudah hancur dan memuakkan.

Masalah yang lebih besar pun datang. Beberapa minggu setelah kejadian itu, aku harus menelan kenyataan bahwa aku hamil, dan aku masih 16 tahun. Aku dan dia sama-sama takut. Tapi dia memberanikan diri untuk mengaku kepada kedua orangtuanya juga ayahku.

Masalahnya, ayahku tipe orang yang sangat keras. Aku tahu pada saat itu sejuta perasaan pasti berkecamuk dalam dirinya. Luapan kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan jadi satu. Di hari kami mengaku, ayah mengusirku dari rumah.

Keluar dari Sekolah

Berita kehamilanku pun segera menyebar. Dalam waktu singkat satu sekolah tahu kalau aku hamil, bahkan kakak-kakak kelasku pun tahu. Berbagai makian dan julukkan kasar pun dilontarkan kepadaku. Cewek bispak, murahan, lonte, dan masih banyak lagi predikat yang mereka berikan untukku.

Namun fokus terbesarku saat itu adalah masalah kehamilanku. Aku enggak siap hamil. Enggak siap menjadi seorang ibu. Dengan sejarah keluargaku yang kelam itu, bagimana aku bisa jadi ibu yang baik? Aku juga enggak siap untuk menikah.