CewekBanget.ID - Selama pandemi, kita mungkin lebih sering membuka ponsel untuk mengecek pesan singkat atau berita dari media sosial.
Tapi pasti seenggaknya kita sadar kalau media sosial saat ini banyak menyajikan berita atau informasi negatif tentang berbagai hal, mulai dari pandemi, konflik, hingga gosip dan hoax yang membuat kita tertekan atau depresi.
Nah, kalau sudah sampai demikian, tandanya kita sudah menjadi korban doomscrolling.
Apa sih, doomscrolling itu?
Baca Juga: Media Sosial Bikin Cemas dan Stres? Ini Tanda-tandanya Pada Tubuh!
Doomscrolling
Menurut kamus Merriam-Webster, doomscrolling dan doomsurfing adalah istilah baru yang merujuk pada kecenderungan untuk melihat atau menelusuri berita negatif, meskipun berita itu menyedihkan, mengecewakan, atau membuat kita depresi.
Ini bukan fenomena yang baru, namun menjadi semakin lazim selama pandemi, ketika jumlah berita yang negatif jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
Lalu, mengapa banyak dari kita memiliki perilaku yang jelas dapat berdampak negatif pada suasana hati dan kesejahteraan emosional?
Dilansir dari Kompas.com, Paul L. Hokemeyer, spesialis kecanduan dan penulis 'Fragile Power: Why Having Everything Is Never Enough' meyakini doomscrolling mencakup tanda-tanda yang sama seperti kecanduan digital.
Baca Juga: Heboh Thermo Gun Bahaya Buat Otak, Dokter: Logika Itu Enggak Benar!
"Tampak tidak masuk akal bahwa orang akan mengonsumsi berita negatif di media untuk membantu mereka mengatasi perasaan kelebihan atas semua hal negatif di dunia. Namun itu adalah sifat dari gangguan kecanduan," ujar Hokemeyer.
Lanjutnya, doomscrolling adalah gangguan yang membuat ketagihan dan terjadi bukan berdasarkan logika, tetapi melalui dorongan primer yang berasal dari bagian paling primitif pada otak kita yang dikenal sebagai sistem limbik.
Hal itu merupakan sekelompok struktur yang saling berkaitan di dalam otak yang bertanggung jawab atas respon perilaku dan emosional seseorang.
"Mereka dengan gangguan doomscrolling pada satu titik akan mencari informasi terkait peristiwa negatif secara online untuk memberi mereka kenyamanan," kata Hokemeyer, "Itu memberi mereka rasa kendali atas hidup mereka dan melibatkan kembali kecerdasan mereka."
Jadi, di saat kita berpikir kita mendapat ketenangan dari berbagai fakta, apa yang sebenarnya didapat adalah gangguan hiperaktif dari reaksi emosional kita.
Dampak Doomscrolling
Dampak dari proses doomscrolling adalah hal tersebut mengendalikan dan membuat kita tersesat dalam siklus kegelisahan.
Rasa gelisah akan berada di luar kendali di dunia yang enggak aman, penuh bencana, dan berbahaya.
Tapi di sisi lain, doomscrolling juga memiliki nilai potensial yang memungkinkan kita untuk menguji dan mengonfirmasi kecemasan.
Karena kita menghabiskan banyak waktu selama pandemi dengan meredam ketakutan dan berusaha bertindak seperti biasa, berita atau informasi negatif jadi seakan menegaskan ketakutan yang selama ini kita rasakan.
Dengan demikian, alih-alih menghancurkan kita, hal-hal negatif yang kita lihat di internet dapat memberi kita pengalaman menguasai diri dan mengatasi stres.
Bagaimana Mengatasi Doomscrolling?
Ada beberapa cara untuk keluar dari kebiasaan negatif ini, dimulai dari mengenali pola perilaku yang ada dan menyadari hubungannya dengan keputusasaan kita.
"Seperti kecanduan perilaku lainnya, doomscrolling dicirikan sebagai upaya yang gagal untuk berhenti, kambuh kembali setelah penolakan dan perasaan dikendalikan oleh perilaku," kata Hokemeyer.
Baca Juga: Kecanduan Media Sosial? Menunda Pekerjaan dan 4 Hal Ini Jadi Tandanya!
Bantuan bisa didapat dari mengenali pemicu emosional yang mengawali doomscolling dan mengidentifikasi perilaku terkait penggunaan media kompulsif masing-masing.
Dengan kata lain, seseorang perlu menyadari ketika mereka jatuh ke dalam keputusasaan itu, dan mengolah cara-cara mengatasi masalah secara lebih sehat.
Salah satu cara yang efektif adalah melakukan latihan kesadaran (mindfulness) untuk mendapatkan kembali keseimbangan emosional dan mengurangi kebiasaan menatap layar.
Kita juga perlu mengidentifikasi kebiasaan yang memicu kita untuk mencari informasi negatif dan secara aktif mengubahnya," katanya.
Hal itu berarti menghilangkan godaan untuk membaca media sosial secara menyeluruh.
Jadi pada awal proses pemulihan, mereka harus memberikan ponsel mereka kepada orang terpercaya agar enggak tergoda melakukan doomscroll, membatasi penggunaan online hingga satu jam sehari, atau memindahkan komputer ke tempat yang enggak nyaman di rumah mereka."
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR